Taliban Klaim Indonesia Bisa Jadi Negara Islam, Pakar: Angan-angan Bodoh

Taliban
Pria bersenjata anggota pasukan anti-Taliban di Bazarak, Panjshir (18/8). (AHMAD SAHEL ARMAN/AFP)

JAKARTA -– Mantan Duta Besar RI untuk PBB Makarim Wibisono menyatakan, berkuasanya Taliban di Afghanistan belum berdampak bagi keamanan nasional Indonesia. Sebab, Taliban masih sibuk dengan urusan domestiknya.

Hal itu dikatakan Makarim dalam Webinar Moya Institute bertajuk Dampak Berkuasanya Kembali Taliban Bagi Keamanan Indonesia, Jumat (10/9). “Sebelum pandemi, separuh penduduk Afghanistan berada dibawah garis kemiskinan. Ini bertambah setelah pandemi. Hal inilah yang jadi fokus Taliban,” ujar Makarim.

Bacaan Lainnya

Selain itu, lanjut Makarim, menangani Afghanistan yang multi etnik dan afiliasi politik merupakan pekerjaan rumah besar juga bagi Taliban. Untuk membentuk pemerintahan yang stabil, Taliban harus mampu mengintegrasikan seluruh faksi di Afghanistan.

“Taliban didukung oleh sebagian besar etnis Pashtun. Sedangkan etnis-etnis lain memiliki afiliasi politiknya sendiri, seperti Hazara yang mendukung faksi Syiah, Uzbek yang nasionalis, dan Tajik yang mendukung Islam moderat. Nah, Taliban harus bisa membentuk pemerintah stabil di tengah faksionalisasi ini,” kata Makarim.

Sementara itu, pengamat politik internasional Imron Cotan sepakat bahwa Taliban disibukkan oleh situasi dalam negerinya. Tapi, menurut Imron, yang lebih berat lagi bagi Taliban sebetulnya adalah perjuangan memperoleh pengakuan internasional.

Namun, hal itupun bukan tidak mungkin diraih apabila melihat fakta bahwa Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), William Burns menggelar pertemuan rahasia dengan salah satu pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di Kabul, belum lama ini.

“Jadi selama mereka mendirikan pemerintahan yang all inclusive dan menghargai HAM, maka tak sulit bagi mereka untuk memperoleh itu (pengakuan internasional),” ujar Imron.

Imron juga menyoroti segelintir orang di Indonesia yang menilai kemenangan Taliban di Afghanistan menjadi inspirasi untuk mendirikan negara Islam di Indonesia.

Imron menganggap, angan-angan semacam itu adalah kebodohan. Sebab, Indonesia dari dulu merupakan negara yang moderat dan berada di tengah.

“Masyarakat Indonesia itu memang kalau menurut istilah tokoh-tokoh NU adalah umattan wassatan. Yakni masyarakat tengah yang moderat. Karena itu dalam sejarah, pemberontakan kiri atau kanan di Indonesia tidak pernah berhasil,” tuturnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *