Nasib Peternak Sapi Nggalekan yang Kini Sapinya Nyaris Punah

Ukuran normalnya, sapi nggalekan betina sudah mulai produktif saat usia 18 bulan. Sedangkan sapi luar negeri kadang pada usia 24 bulan baru benar-benar produktif.

Perlakuan untuk sapi lokal itu juga sangat sederhana. Bahkan, pada 1970-an, sapi jenis itu hidup liar di hutan. Memang sengaja dilepas peternak. Tidak hanya karena lebih ringan dalam pemeliharaan, hidup bebas membuat sapi jenis nggalekan cepat sekali berahi.

Bacaan Lainnya

Usia produktif sapi turunan luar negeri hanya empat atau lima kali beranak. Sedangkan sapi nggalekan memiliki umur produktif lebih panjang. Bisa sampai sembilan atau sepuluh kali beranak. Itu juga menjadi keuntungan
bagi peternak sapi tersebut. ”Yang saya demen itu tidak mudah kena penyakit,” ujarnya.

Darmaji menambahkan, sapisapi zaman sekarang mudah dan rawan terserang penyakit, minimal cacingan. Namun, sapi lokal terkenal lebih tahan penyakit. Karena itulah, dia tidak perlu repot-repot dalam hal pemeliharaan. ”Sangat ringan. Kalau makannya sama saja, seperti sapi-sapi lain. Ya jerami, ya rumput,” ucapnya.

Di lokasi terpisah, Masduki, kepala UPT Disnak Pengembangan Ternak Kabupaten Trenggalek, membenarkan bahwa populasi sapi asli Treng galek tersebut nyaris punah. Hanya beberapa peternak di daerah Panggul dan Dongko yang kini masih memelihara. Itu pun tidak lagi dijual, hanya untuk konsumsi pribadi saat ada hajatan.

 

 

(*/and/c9/diq)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *