Sapi Australia Bikin Merana Peternak Sukabumi

Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi
Petugas Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi, saat meninjau harga daging sapi di pasar Cibadak.

SUKABUMI – Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi mengklaim kenaikan harga daging sapi di sejumlah pasar disebabkan ketergantungan pada sapi impor asal Australia. Supply sapi Australia mendominasi pasar di Jabar, Banten dan DKI disupply sebanyak 83 persen.

Kepala Bidang (Kabid) Sarana Produksi Peternakan pada Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi Yana Chefiana mengatakan, sapi Australia dibeli oleh para pelaku penggemukan dalam bentuk bakalan atau sapi hidup. Pada 2021 lalu, harga sapi bakalan per kilogram berat hidup Rp40.300.

Bacaan Lainnya

Harga tersebut naik menjadi Rp60.400 perkilogram berat hidup pada tahun ini. Padahal harga jual menurut beberapa feedloter sebelum kenaikan hanya Rp55.000 per kg.

“Kondisi ini menyebabkan beberapa feedloter dan importir sapi di tanah air kolaps. Akibat harga beli lebih tinggi dibanding harga jual,” kata Yana Chefiana kepada Radar Sukabumi, Rabu (09/03).

Yana menjelaskan, kondisi tersebut membuat para pelaku penggemukan sapi menahan diri untuk menjual. Selain itu, permintaan pasar sejak pandemi Covid-19 juga turun drastis.

Akibatnya, jumlah sapi yang dipotong pun turun. Namun masalah terjadi ketika permintaan mendadak naik, otomatis harga ikut melambung karena supply daging sapinya terbatas.

“Kondisi ini pula yang menjadi salah satu penyebab naiknya harga daging sapi di pasaran saat ini,” ujar Yana.

Yana menilai, fenomena harga daging sapi naik terjadi setiap tahun, termasuk menjelang Ramadhan. Berdasarkan kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Sukabumi harus jeli melihat peluang usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya, untuk mewujudkan swasembada daging sapi di tingkat kabupaten.

“Syukur-syukur kalau surplus, sehingga bisa memenuhi pasar luar daerah,” ujar Yana.

Perlu diketahui, timpal Yana, bahwa tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Sukabumi masih sangat rendah. Eksisting berdasarkan data tahun 2020, tingkat konsumsi daging sapi dan kerbau baru mencapai 0,039 per kilogram atau per kapita. Sementara, dalam jangka waktu 1 tahun harus mencapai 0,468 kilogram.

Apabila jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi dihitung 2.725.450 jiwa, maka kebutuhan daging per tahun 1.275.510,60 kilogram dan setara dengan 5.668,94 ekor sapi per tahun.

“Sedangkan, jumlah indukan sapi produktif yang dibutuhkan sebanyak 34.013 ekor, dengan pertimbangan masa pemeliharaan sampai layak potong usia 3 tahun serta 50 persen dari kelahiran jenis kelaminnya betina yang dipertahankan untuk dipelihara,” bebernya.

Kondisi eksisting berdasarkan laporan inseminasi buatan tahun 2021, jumlah akseptor IB sebanyak 4.612 ekor yang terdiri 3.782 ekor sapi potong, 830 ekor sapi perah. Maka, jika target Kabupaten Sukabumi untuk swasembada daging melalui sapi lokal, masih kekurangan indukan sebanyak 34.013 ekor.

Lompatan ekonomi untuk mengatasi masalah ketersediaan daging sapi perlu terus dilakukan, Kabupaten Sukabumi yang eksisting memiliki kurang lebih 50 HGU bisa dijadikan asset untuk kerjasama pengembangan pembibitan sapi potong antara pemilik HGU dengan Perumda ASM. Sebab itu, Perumda ASM kedepan harus mampu menjadi leader sebagai pelaku penggemukan serta pengepul bakalan dari tingkat petani.

“Sedangkan Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi sebagai penopang untuk melayani inseminasi buatan, melayani pengobatan serta memfasilitasi prasarana penunjang dalam pengembangan peternakan sapi potong,” pungkasnya. (Den/izo/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *