Buah Langka di Leuweung Geledegan, Rasanya Mirip Puding Cokelat

Leuweung Geledegan
Executive Assistant Manager Leuweung Geledegan Ecolodge, Sukma Cahyana saat menjelaskan tentang buah sapote.

BOGORPernah dengan buah sapote atau mencicipi rasanya ? Jika belum, tak usah repot-repot membelinya di pasaran karena belum beredar secara luas. Cukup datang saja ke Leuweung Geledegan Ecolodge di Jalan Raya Ciapus Nomor 17, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Di sana pengunjung bisa menginap di hotel ala glamping atau semi tenda maupun menikmati hidangan ala Jepang di Wancikiwari Suki & Grill Garden, serta berkeliling area taman buah. Ada enam varian buah sapote. Yakni black sapote, white sapote, green sapote, havana, keywest dan mamey magana.

“Di sini baru black sapote yang ditanam. Ada 130 pohon dan beberapa diantaranya akan panen pertengahan November nanti,” ujar Executive Assistant Manager Leuweung Geledegan Ecolodge, Sukma Cahyana kepada radarbogor.id, Sabtu (30/10/2021) kemarin.

Ia menjelaskan, buah varian black sapote ini sejenis sawo. Berasal dari Meksiko. Sudah enam tahun dibudidayakan di Indonesia. Dari luar bentuknya biasa saja. Kulit berwarna hijau jika belum panen, berukuran tidak besar, dan tak bulat sempurna. Namun ketika buah ini matang, rasanya sangat unik.

Executive Assistant Manager Leuweung Geledegan Ecolodge, Sukma Cahyana saat menjelaskan tentang buah sapote.

Banyak yang menyebut black sapote memiliki rasa yang sangat mirip dengan puding cokelat. Disantapnya bisa dengan cara langsung atau dicampur dengan susu. Tak hanya rasanya, tekstur black sapote yang telah matang juga sangat mirip dengan puding coklat. Bagian daging buahnya berwarna coklat tua dan sedikit berair. Disajikan dalam kondisi dingin lebih nikmat.

“Ini termasuk buah langka, karena baru beberapa daerah yang membudidayakannya. Sebab, harus ditanam di ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Salah satunya di tempat kami ini,” seru Sukma.

Buah sapote, sambungnya, memiliki nilai jual tinggi. Di pasaran bisa berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp300 ribu per kilogramnya. “Satu kilogram itu untuk satu biji karena ukurannya besar,” ucapnya.

Buah sapote, sambung Sukma, berpotensi menjadi buah masa depan Indonesia. Bukan hanya keunikan rasanya saja, tapi juga kemudahannya untuk dibudidayakan karena cukup butuh lokasi di dataran tinggi. “Kami ingin menjadi sentranya dengan membudidayakan buah sapote,” tukasnya. (rur)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *