Ratusan Hari Berjalan dari Banda Aceh Sampai Cianjur, Pria Asal Semarang Minta Dipulangkan

Muhammad Ridwan
Muhammad Ridwan

CIANJUR – Tak ada yang tau nasib seseorang, begitu pun karyawan perusahaan proyek pembangunan yang berakhir tragis.

16 juni 2021 menjadi hari dan tanggal dimulainya babak baru sejarah kelam hidupnya. Malang nasibnya tak seindah harapan meraih mimpi masa depan.

Bacaan Lainnya

Mengandalkan tekad mengadu nasib ke kota serambi mekah malah berakhir menumpang hidup di kota Taucho.

Lelaki tersebut ialah Muhammad Ridwan (27) yang tinggal dan tumbuh besar di Jalan Brawijaya raya, Desa bawen RT 04 RW 07 Kota Semarang, anak pertama dari tujuh bersaudara yang terlahir dari pasangan suami istri Ibu Anisa Safitri seorang penjual makanan dan Bapak Parjan yang telah berpulang.

Pria yang ahli di bidang desain interior bangunan ini sungguh amat menderita, hasil cucuran keringat asinnya di CV Brawijaya hanya dibayar 150 ribu perharinya dengan perjanjian pembayaran per minggu, malah di bawa kabur si Mandor biadab.

Ia dan rekan-rekannya berjumlah 18 orang yang semuanya berasal Banda Aceh hanya dapat mengerutkan dahi, geleng-geleng kepala tak habis fikir dengan ulah merugikannya.

Tak ada pilihan bagi pria yang di temui tengah menggunakan Topi Las Vegas, masker medis, jaket biru dan celana jeans lusuhnya serta sebuah tas kecil digendong, untuk bertahan terus bertahan di Kota Banda Aceh sehingga ia nekat pulang meski tak ada jaminan diperjalanan ia mendapatkan banyak cuan untuk bertahan.

Tercetuslah dalam benaknya untuk berjalan dengan teramat tangguh, mengayunkan langkah kaki melewati panasnya aspal jalanan, mendaki bukit dan gunung hingga menyebrangi lautan.

Medan terberat ia alami di muara jambi yang terdiri dari banyaknya hutan belantara dan jarangnya penduduk mendiami. Hingga pengalaman tak terlupakan bertemu berbagai satwa buas dan dilindungi di Lampung Barat. Pengalaman di usir dan di siram karena menumpang berteduh dari teriknya sinar matahari serta sekedar memejamkan mata dimalam hari juga menjadi bumbu-bumbu diperjalanan yang entah kapan usai.

Setibanya dipelabuhan Bakaheuni tampak Pulau Jawa didepan mata seperti secercah harapan untuk kembali ke kampung halaman. Nasib beruntung dapat menumpang gratis di kapal Feri hanya bermodalkan surat swab test, meski ribuan kilometer harus ditempuh hingga sampai ke kota Mahesa Jenar.

“Posisi saya dari pulau jawa ke banda aceh 4 hari 4 malam sampai di sana, 2 hari di mess gak ada permasalahan apa-apa. Sampai 2 bulan lebih 15 hari tak di gaji, kami minta hak gaji ke mandor malah kabur bawa uang perusahaan sebesar 425 juta,”katanya.

115 hari bukanlah waktu sebentar, dari menjual alat komunikasi hingga mengamen yang bukan tujuan profesi tetapi sudah menjadi keharusan untuk mengisi usus-usus yang kerap meronta-ronta minta di isi.

Entah berapa kota ia singgahi sehingga sampai lah di kota Santri, Kabupaten Cianjur 16 Oktober 2021 nampak asing dan masih dianggap misteri.

Dikabupaten yang asing ini, Ridwan telah hidup 3 hari menggelandang di salah satu pusat perbelanjaan tanpa membawa identitas karena turut dibawa kabur bersama gaji bekerjanya oleh Si Mandor nan kejam.

Hingga akhirnya ia ditemukan oleh Aparatur Sipil Negara Dinas Perhubungan yang tengah mengelar operasi Yustisi.

Cerita demi cerita menuntun jalan pria dengan logat medok khas jawa tengahnya ini untuk pergi ke Dinas Sosial dengan harapan pulang dengan kepala tegak dan nasib yang lebih layak.

“Ketemu sama orang Dishub yang lagi gelar operasi, saya ceritakan perjalanan sampai bisa sampai ke sini. Kemudian disarankan datang ke Dinas Sosial,”ujarnya sembari berderai air mata meski tak banyak.

Di bangunan dua lantai tempat mengadunya segala permasalahan sosial, ia akhirnya bertemu si orang nomor satu di instansi itu.

Pertemuannya dengan Asep Suparman, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Cianjur menjadi titik terang sebagai misi untuk pulang ke kampung halaman.

Setiap kata, cerita dan air mata ia curahkan kepada Kadinsos hingga akhirnya fasilitas pulang diberikan kepadanya agar sampai dan bertemu keluarga yang terus terngiang ada dalam benak dan fikiran.

“Pertama kita turut prihatin, sehingga kita fasilitasi surat kemudahan untuk pengangkutan hingga tiba di tempat asalnya. Nanti setelah sampai silahkan hubungi dinas ketenagakerjaan dan dinas sosial setempat,”pungkasnya. (byu)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *