Napak Tilas Sri Suryani yang Berhasil Sintas dari Kanker Ovarium di Usia Senja

Dua minggu sebelum sampai di Negeri Panda pada 2008, Sri masih di Boston, Amerika Serikat (AS), tinggal bersama salah seorang di antara lima anaknya. Dia memang sudah sepuluh tahun tinggal di sana. Bahkan telah pula mengantongi kewarganegaraan AS.

Ibu lima anak yang suaminya meninggal kala dirinya berusia 60 tahun itu khawatir ketika pada suatu pagi mengalami menstruasi. Padahal, menstruasi terakhirnya telah berhenti 20 tahun lebih. Dia akhirnya pergi ke dokter. ”Empat dokter yang periksa saya. Mereka menyatakan kanker ovarium,” kenang Sri.

Vonis dokter menyatakan bahwa rahim Sri harus diangkat. Dia menolak. Takut. ”Sri, kamu mati kalau tidak mau operasi. Itu kata dokter yang paling senior,” ujarnya menirukan ucapan salah seorang dokter. Sri tetap kukuh untuk tidak melakukan operasi. Namun, kalau harus meninggal, dia mau kembali ke tanah air. Dan dia memang akhirnya pulang ke Indonesia.

Seminggu di kampung halaman, Sri berpikir, kalau hanya berpangku tangan, kanker pasti akan kian menguasai tubuhnya. Dia akhirnya memutuskan pergi ke Tiongkok. Mencari pengobatan dengan rempah-rempah. Barangkali bertemu dengan ”jodoh” yang menyembuhkan.

Sri membawa harapan ke RS Fuda pada September 2007 itu. Namun, di sisi lain, dia pesimistis. Khawatir akan disuruh operasi seperti oleh dua RS sebelumnya. Jadi, dia hanya membawa dua setel pakaian. Empat dokter menangani Sri di RS Fuda. Pemeriksaan awal dilakukan dengan melihat kondisi ovarium Sri. ”Operasi tidak dan apakah bisa tertolong?” tanya Sri kepada dokter.

Dokter Niu Lizhi yang menjadi leader dalam pemeriksaan optimistis bisa menolong Sri. Yang lebih menggembirakan adalah tanpa operasi. Sore itu juga dia memutuskan untuk menginap di RS. Soal baju ganti, nanti bisa pakai baju RS dulu. Sore itu juga dia menelepon kelima anaknya. Sekadar mengabari.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *