Menengok Budi Daya Lele di Tony Fish Farm

Lele hasil pembenihan siap dipanen dalam 40 hari sampai dua bulan. Sebelum sesukses seperti sekarang, dulu Tony mendatangi pasar dan konsumen untuk menjual hasil budi daya lelenya. Namun sekarang terbalik, si konsumen malah mendatangi tempat usahanya untuk membeli lele.

“Pangsa pasar lele terbuka luas, jadi semua barang hasil budidaya kami semuanya terjual,”terangnya.Dalam waktu 40 hari, ia mampu menjual 25 ribu-50 ribu ekor lele hasil budi daya. Selain dijual ke petani, lele-lelenya itu dipasarkan ke luar kota seperti Bogor, Ciajur, Cirata dan kota lain.

“Untuk satu kolam, bisa menampung maksimum sampai 50 ribu ekor lele dan sesuai kuantitas airnya,”paparnya.
Ada dua jenis kolam yang dibuatnya, dalam pembudidayaan lele ini. Pertama, kolam berbentuk kotak ukuran panjang 1,8 m x lebar 1,5 m dan kolam bulat berdiameter 2×1 m.

Kenapa Tony memilih kolam yang berukuran seperti itu? Karena kapasitasnya cukup menampung 25 ribu-50 ribu ekor lele.”Saya juga memilih kolam bulat, agar ikan lele tersebut bisa bebas beraktivitas dan untuk kolam yang berbentuk kotak juga usahakan pinggir kolamnya berbentuk oval juga,”ulasnya.

Untuk lelenya sendiri bermacam-macam ukuran, mulai 5 sampai 7 cm dan biasanya 250 ekor lele per kilo dan ukuran yang kecil bisa mencapai 400 sampai dengan 500 lele per kilo. Tergantung ukuran ikan.”Kami memilih jenis lele mutiara, produk Subang hasil perkawinan silang dari lele Sangkuriang I ke Sangkuriang III dan akhirnya jadi lele jenis mutiara,”bebernya.

Sedangkan di tahapan pembibitan, tentunya ada tahapan penyeleksian dari induk yang bagus. Kalau sudah pas, timbul ciri-ciri seperti kelamin betinanya yaitu ada warna semacam kebiru-biruan. Kemudian untuk jantan, sudah benar-benar keluar agak panjang.”Sistem secara alami kita harus nunggu terlebih dahulu posisi induknya,”ulasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *