HET Gagal Turunkan Harga Daging Sapi

JAKARTA – Kebijakan harga eceran tertinggi (HET) yang diterapkan pemerintah, untuk komoditas beras dan daging sapi nyatanya tidak efektif menurunkan harga.

Harga rata-rata daging sapi di pasaran antara September 2016 hingga September 2017 mencapai Rp115.708 atau 17,53 persen lebih mahal daripada HET untuk daging sapi segar dan 43,97 persen di atas HET untuk daging sapi beku.

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, HET menjadi tidak realistis dan sulit dipertahankan, terutama bagi importir swasta skala kecil yang harus berurusan dengan proses lisensi impor yang panjang, dan juga bagi pedagang eceran yang harus menanggung biaya tinggi akibat proses distribusi panjang. Kebijakan itu tidak menunjukkan adanya keberpihakan terhadap usaha kecil.

“Kebijakan ini justru menguntungkan para importir dan pedagang ritel berskala besar yang memiliki koneksi politik dengan Bulog dan Kementerian Pertanian. Koneksi ini memudahkan mereka untuk melewati berbagai persyaratan impor dengan mudah dan memotong proses distribusi,” paparnya di Jakarta, RABU(24/1).

Keadaan tersebut dapat menciptakan persaingan yang tidak sehat dan bisa mendistorsi harga daging sapi. Pengalaman yang bisa diambil Indonesia dari penerapan kebijakan HET di Serbia dan Ethiopia adalah kebijakan berpotensi memaksa produsen untuk mengurangi hasil produksi dan membuka kemungkinan para distributor menimbun pasokan untuk menghindari kerugian.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *