PT SCG Masih Bungkam ‘Wabah’ Gatal-gatal Meluas, Dewan Bakal Cek Lapangan

SUKABUMI – ‘Wabah’ gatal-talah yang diduga diakibatkan oleh asap dari kegiatan produksi PT Siam Cemen Group (SCG), di Jalan Pelabuhan II, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi terus meluas.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, di Kecamatan Gunungguruh ini terdapat dua desa yang telah mengeluhkan akibat dari dampak aktivitas perusahaan asal Thailand itu.

Bacaan Lainnya

Yakni, warga Kampung Panggeleseran RT 4/5, Desa Sirnaresmi dan warga Kampung Nyalindung, RT 3/14, Kedusunan Cikaret, Desa Kebonmanggu, Kecamatan Gunungguruh.

Tak hanya gatal-gatal, warga juga banyak mengeluhkan perubahan suhu udara yang semakin panas, suara bising dan lainnya. Dampak lingkungan yang di akibatkan dari pabrik semen PT SCG kepada warga, diduga telah menimbulkan penyakit gatal-gatal dan gangguan pernapasan (Ispa).

Seperti yang dikeluhkan, Sujatman (58) warga Kampung Nyalindung, RT 3/14, Kedusunan Cikaret, Desa Kebonmanggu Kecamatan Gunungguruh.

MEMERAH : Salah satu warga menunjukan kondisi badan yang memerah akibat gatal-gatal diduga udara dan air tercemar. FOTO : DENDI/RADARSUKABUMI

Ia mengatakan, aktivitas pabrik semen tersebut tak hanya menimbulkan penyakit, bahkan juga telah merusak rumahnya yang terbuat dari anyaman bambu. “Kalau rumah saya memang gentingnya banyak yang merosot karena tidak kuat dengan getaran yang bersumber dari aktivitas mesin PT SCG.

Ya lebih prihatinnya banyak warga disini mengalami penyakit gatal-gatal dikulit. Jika mandi dengan air sumur, dugaan kuat akibat air mulai tercemar oleh polusi PT SCG,” jelasnya.

Perusakan kondisi lingkungan, sambung Sujatman, setiap harinya semakin terasa karena berlarut dan liarnya aktivitas pabrik semen dalam menimbun limbah dan polusi asap. “Lokasi pabrik ada di kawasan pemukiman warga.

OLAH TKP : Salah seorang anggota Polsek Gunungguruh tengah menunjuk lokasi corong yang telah mengakibatkan salah satu karyawan PT SCG mengalami luka bakar serius.

Selain mengalami gatal-gatal, warga juga sering mengalami sesak nafas karena debu yang berasal dari pabrik Semen Jawa tersebut,” tuturnya.

Warga Kampung Nyalindung sudah berupaya berulang kali mengadukan perihal kondisi tersebut terhadap pemerintah. Namun, entah alasan apa hingga saat ini permohonan warga tidak pernah mendapatkan respon yang jelas.

“Saya tidak meminta lebih kepada PT SCG. Hanya saja, perusahaan harus bisa memperhatikan nasib warga yang ingin mendapat kehidupan sehat dan lsik seperti waktu sebelum berdirinys pabrik. Jangan seperti saat ini, air di sumur menjadi surut, istirahat di malam hari sulit karena suara bising. Belum lagi gatal-gatal karena polusinya,” tandasnya.

Keluhan serupa dilontarkan, Ketua RT 4, Ece Supriadi (37) warga Kampung Panggeleseran, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunungguruh.

Ia mengatakan, sejak perusahaan tersebut berdiri di tengah pemukiman warga, telah menimbulkan kebisingan dan debu serta membuat cuaca sekitar menjadi panas. Warga juga menilai bahwa keberadaan pabrik tersebut telah mengganggu ketersediaan air alam.

“Warga di Kampung Panggeleseran mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Bahkan, air yang sebelumnya bersih dan bening, saat ini sudah berubah menajdi menguning,” paparnya.

Sejak pabrik semen beroperasi hingga saat ini, masyarakat diliputi rasa resah dan merasa terganggu. Setiap hari warga mendengar suara bising, getaran dari mesin, udara kotor dari asap pabrik, hingga ketersediaan air bersih yang mulai menyusut.

“Warga sudah bosan bahkan merasa kecewa ketika setiap mengadukan masalah tersebut kepada pemerintah, mereka tidak pernah mendengar keluhan warganya,” keluh Ece.

Sementara itu, menanggapi keluhan tersebut, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, M Jaenudin mengaku bakal turun ke lapangan bersama dengan jajaran di Komisi II. Hal itu dilakukan, untuk mengecek secara langsung terkait keluhan warga tersebut. “Kita akan cek dulu ke lapangan.

Kalau memang benar (terkait keluhan warga), pihak perusahaan harus bertanggungjawab. Bahkan, kami bisa mengusulkan untuk memberhentikan kegiatan aktivitas perusahaan selama belum bisa mengatasi keluhan tersebut,” tegasnya yang juga merupakan Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Sukabumi tersebut.

Terpisah, pihak PT SCG sendiri sampai saat ini masih bungkam terkait kondisi tersebut. Beberapa pihak yang coba di konfirmasi belum bisa memberikan bahkan enggan berkomentar. Saat coba meminta komentar dari piha Public Relation juga belum memberikan tanggapan.

Termasuk, Operasional Support Manager CSR PT. Semen Jawa (SCG), Bambang Wiyono. “Maaf pak, saya tidak bisa memberikan pernyataan apapun karena saya tidak diberikan wewenang untuk memberikan stetmen kepada media. Karena ini bukan ranah saya. Silahkan saja hubungi Director PT SCG yang baru,” ucapnya saat itu.(cr13/e)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *