Pecahkan Rekor, Warga Parungseah Membantik di Kain 198 meter

Ratusan warga di Desa Agro Eduwisata Parungseah, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi melakukan aksi membatik ditas kain sepanjang 180 meter dengan teknik cap, ceplok atau stempel.

SUKABUMI – Peringatan hari batik nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Oktober disambut antusias warga. Seperti halnya ratusan warga di Desa Agro Eduwisata Parungseah, Kecamatan Kabupaten Sukabumi melakukan aksi membatik diatas kain sepanjang 180 meter dengan teknik cap, ceplok atau stempel.

Uniknya lagi, pembatikan tersebut dilakukan disepanjang area pesawahan dan kegiatan tersebut mencatatkan rekor di Original Rekor Indonesia (ORI). Di mana, waktu pembatikan memakan waktu sekitar 2 jam dengan berbagai macam motif lukisan, seperti Manggis, Penyu, Wijayakusuma, Manggis dan Garuda Ngupuk.

Bacaan Lainnya

Tidak hanya itu, pada kegiatan tersebut para peserta atau warga pun mematuhi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, menggunakan masker, melakukan pengukuran suhu tubuh serta lainnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Camat Sukabumi E Suherman, pegiat desa wisata Agus Ramdan dan General Manager Anugrah Hotel Sukabumi Dian Septo Pramono selaku penggagas kegiatan, serta ratusan warga yang antusias dalam kegiatan tersebut.

Camat Sukabumi E Suherman menyambut baik gagas dan ide pembatikan ini. Selain dalam rangka peringatan batik nasional, juga sebagai promosi Desa Praungseah yang akan menjadi Desa Agro Eduwisata.

“Nanti akan dibangun wisata di Kecamatan Sukabumi tepatnya di desa ini, makanya dengan adanya kegiatan hari ini sambutan masyarakat sangat antusias sekali. Kita hanya mendorong alhamdulillah kegiatan hari ini menunjukan bahwa masyarakat itu mandiri dalam ekonominya, mandiri dalam budayanya,” kata Suherman, Jumat (2/10).

Ditempat yang sama, pegiat desa wisata, Agus Ramdan menambahkan Desa Parungseah memang sudah berproses kepada desa wisata berkelanjutan. Di mana ada kemandirian dari masyarakatnya untuk pengembangan wilayahnya.

“Hari ini tepat di tanggal 2 Oktober 2020 adalah hari batik nasional kita lebih kepada pendekatan ke alam. Kegiatan membatik ini untuk meningkatkan desa wisata yang kita kembangkan di sini,” tambahnya.

Terkait kelanjutan nantinya, Agus mengatakan saat ini Desa Parungseah sudah memenuhi sejumlah unsur terkait lokasi wisata seperti atraksi, aksesibilitas dan Amenities (Fasilitas) atau amenitas.

“Unsur desa wisata itu ada tiga, satu ada atraksi, atraksi hamparan sawah itu bisa terlihat itu potensi yang akan kita jual, kemudian ada aksesibilitas kebetulan akses juga tidak terlalu jauh dan mudah terjangkau.

Yang ketiganya ada amenitas itu kelengkapan untuk yang ada seperti toilet, nanti UKM nya terlibat makanan dan minuman terus di situ juga adanya fasilitas ibadah dan adanya homestay,” terang Agus.

Pada kesempatan yang sama, Koordinator BPP Kecamatan Sukabumi, Diat Sujatman mengemukakan bahwa masyarakat dan aparat di daerah harus diedukasi dan diberikan pemahaman, mulai sekarang siap-siap untuk kembali ke pertanian serta industri bidang pertanian.

Diperkirakan sektor jasa dan industri lainnya di luar pertanian akan rontok jika Covid-19 tidak segera selesai di seluruh dunia, akan terjadi pengangguran besar-besaranan, saatnya para petani milenial menujukan aksinya, saatnya kembali memperkuat kedaulatan pangan.

Hasil produksi pangan jadi kekuatan ekspor kita ke depan. Jika masyarakat Indonesia bisa mengantisipasi hal tersebut, maka Indonesia akan menjadi lumbung pangan masyarakat seluruh dunia.

(why)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *