Mengulik Tragedi Kelam KA Sukabumi-Bogor, Puluhan Korban Tewas di Terowongan

TRAGEDI KERETA SUKABUMI
TRAGEDI KERETA SUKABUMI : Sejumlah penumpang Kereta Api (KA) terlihat menumpang dengan cara berdesak-desakan. (foto : Ruteur/ Ilustrasi)

SUKABUMI — 23 tahun yang lalu, Tepat pada 12 Januari tahun 2000 Kereta Api (KA) Sukabumi-Bogor mengalami tragedi mengenaskan. Sedikitnya puluhan korban tewas akibat tragedi tersebut.

Saat ini, mungkin Terowongan Paledang, hanya sebuah terowongan kecil di dekat Stasiun Bogor arah ke Sukabumi. Namun, sebelum direnovasi dan ditinggikan seperti sekarang, terowongan ini menyimpan sejarah peristiwa kelam yang terus membayang bayangi penduduk yang ada di sekitar lokasi tersebut, keluarga korban, serta para saksi mata.

Bacaan Lainnya

Ya terowongan tersebut menjadi saksi bisu tewasnya belasan orang yang menumpang di atap kereta akibat tidak memperhitungkan celah yang sangat kecil antara jembatan dengan atap kereta.

Kengerian peristiwa itu masih terekam jelas pada diri Dayan, yang merupakan saksi hidup satu diantara sedikit penumpang atap yang berhasil selamat, meski ia harus kehilangan orang-orang yang begitu berharga.

Dalam akun Yutube RJL 5 Dayan menceritakan kejadian tersebut setelah 20 tahun mememdamnya. Menurutnya, Pagi itu suasana lebaran yang jatuh tiga hari sebelumnya masih sangat terasa di salah satu kawasan perumahan Bekasi. Dayan, saat itu berkumpul dengan teman teman di dekat rumahnya seperti biasa, mengobrol, makan dan sesekali tertawa.

Hingga salah satu teman Dayan berinisiatif mengadakan camping, untuk mengisi waktu senggang mereka saat momen libur lebaran tersebut.

Sebelum Kejadian Temukan hal Aneh

Awalnya dari sebelas orang yang berkumpul saat itu, Dayan adalah satu satunya yang ragu dan menolak untuk ikut. Namun Omen, sahabat paling dekat Dayan saat itu meyakinkannya bahwa ia harus ikut kegiatan tersebut.

Akhirnya Dayan ikut dan sebelas orang itu sepakat untuk camping di Gunung Gede, Sukabumi yang akhirnya tidak terjadi. Dayan dan teman temannya menyiapkan segara peralatan saat itu juga. Mereka membawa tas keril, perlengkapan memasak, beras, gitar dan lain lain.

Setelah semua anggota menyiapkan barang bawaan masing masing, mereka berkumpul lagi dan kembali mengobrol ngobrol dulu sejenak.

“Salah satu teman kita yang membawa gitar saat itu juga sempat memainkan gitarnya dan menyanyikan lagu yang riliknya ia ubah. “naik, naik, ke puncak gunung.. naiik ga turun turuun” dendangnya, yang dibalas tawa oleh teman teman yang lain, cetus dayan.

Pos terkait