Mengenal Iman Idul Adha Saat Soekarno Shalat di Lapang Merdeka Sukabumi

Presiden pertama Indonesia melakukan Shalat Idul Adha di Lapang Merdeka Kota Sukabumi. Saat itu, ada sosok KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah yang dipercaya menjadi imam.
Presiden pertama Indonesia melakukan Shalat Idul Adha di Lapang Merdeka Kota Sukabumi. Saat itu, ada sosok KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah yang dipercaya menjadi imam.

SUKABUMI — Tepat pada 31 Agustus 1952 atau 10 Zulhujah 1471 Hijriah, Presiden pertama Indonesia melakukan Shalat Idul Adha di Lapang Merdeka Kota Sukabumi. Saat itu, ada sosok KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah yang dipercaya menjadi imam.

Meski usianya terbilang masih muda, KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah merupakan sosok yang pas dijadikan imam. Pasalnya, perjuangannya dalam melawan penjajahan Jepang kala itu tidak diragukan lagi.

Bacaan Lainnya

Berdasarkan catatan dari NU Jabar Online, disebutkan sosok KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah memiliki Sifat tawadlu dan sederhana. Perjuangan menyebarkan islam di Sukabumi sudah terbukti.

Ulama satu ini merupakan ulama yang tekun dalam menulis, hampir setiap kitab nya terisi oleh Irtibath ataupun catatan kaki, tak sedikit juga beliau menukil kitab-kitab ulama terdahulu dalam sebuah lembaran kertas.

KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah Pabuaran merupakan anak pertama dari pasangan R H Muhammad Syahri bin Nasib dan Hj Siti Fatimah. Lahir 5 Februari 1917 di Gunung Puyuh Kota Sukabumi tempat Ibu Kandungnya.

Diketahui, Pendidikan pertamanya di mulai dari sekolah Ahmadiyyah Juwaeniyyah di bawah asuhan KH R Ahmad Juwaeni bin Qodhi Husein,setelah lulus sekolah kemudian diteruskan mondok di Pesantren Gentur Cianjur di bawah asuhan KH Ahmad Satibi (mama Kaler.

Tidak sampai disitu, kemudian melanjutkan kembali rihlah ilmiyah nya ke Pesantren Ma’ariful Qur’an Pabuaran sukabumi di bawah asuhan KH R Abdullah bin Qodli Husein (adik dari KH R Ahmad Juwaeni).

Lalu kemudian, belajar di Pondok Pesantren Keresek Garut,dan Pondok Pesantren Sukaraja Garut di bawah asuhan KH Adzro’i, setelah dari Garut,kemudian beliau kembali lagi ke Pesantren Pabuaran.

Baru pada tahun 1939 beliau di nikahkan dengan putri asuh nya KH R Abdullah yang bernama Hj Zaenab Zakiyyah binti KH Ismail dan mempunyai anak 10.

Setelah KH Abdullah bin Qodhi Husein wafat, KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah lah yang menjadi penerus kepemimpinan Pesantren Ma’ariful Qur’an , dan mengajar di Pabuaran.

KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah bersama ulama Sukabumi aktif memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga pada tahun 1990 beliau mendapatkan Piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan 45.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *