Prabowo Sandi Kritisi Deindustrialisasi, Arah Ekonomi Indonesia Harus Dirubah

Calon presiden (Capres) dan Calon wakil presiden (Cawapres) nomor urut 02, Prabowo Subianto Sandiaga Uno dalam debat terakhir pilpres 2019.

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto menyatakan, kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Mantan Danjen Kopassus itu mengkritisi keras pemerintah Joko Widodo (Jokowi) dalam pembangunan industri manufaktur atau sektor produksi ini.

“Kalau negara lain industrialisasi. Kita deindustrialisasi. Sekarang, bangsa Indonesia tidak memproduksi apa-apa. Kita hanya bisa menerima bahan produksi dari bangsa-bangsa lain. Ini keliru dan ini harus kita ubah,” papar Prabowo dalam debat kelima di Hotel Sultan, Sabtu (13/4).

Bacaan Lainnya

Dia mengatakan, pembangunan ekonomi yang salah arah menjadi penyebab deindustrialisasi ini terjadi. Menurut Prabowo, ini bukan salah pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla semata. Namun, sudah terjadi sejak lama.

“Kalau diteruskan, tidak akan membawa kesejahteraan yang sebenernya bagi bangsa Indonesia,” terang Prabowo.

Mantan Pangkostrad TNI AD itu lantas meminta pemerintah mengubah arah ekonomi Indonesia sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa, yang sesuai dengan UUD ’45. Di situ, kata Prabowo, pemerintah tidak boleh membiarkan kekayaan bangsa mengalir ke luar negeri.

“Kenyataannya dan diakui oleh pemerintah bahwa kekayaan nasional Indonesia mengalir ke luar negeri. Lebih banyak uang milik warga negara Indonesia di luar daripada di dalam negeri,” tegasnya.

Sementara itu, cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno mengkritisi pertumbuhan ekonomi yang stagnan di angka 5 persen. Imbasnya membuat masyarakat semakin merasakan penurunan daya beli.

“Pertumbuhan 5 persen yang sekarang kita sebut sebagai jebakan 5 persen dikeluhkan oleh Ibu Nurjanah di Langkat Sumatera Utara. Ibu Nurjanah mengatakan sepi pembeli yang datang ke tokonya yang ada di pasar tradisional,” tuturnya.

Atas dasar itu, Sandi berkomitmen untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Caranya, dengan membuka lapangan pekerjaan dan menstabilkan harga bahan pokok.

“Ekonomi yang bertumbuh sekarang belum dirasakan masyarakat. Karena lapangan pekerjaan belum tercipta,” pungkasnya. (JPG)

Editor : Estu Suryowati

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *