Siswi ABK Binaan Linda Unjuk Kebolehan di Depan Pelajar SMA Jepang

SUKABUMI – SMA Negeri 1 (Smansa) Kota Sukabumi kembali menjadi sekolah favorit pilihan bagi para pelajar dari enam SMA asal Jepang, untuk melakukan kunjungan persahabatan dan home stay.

Rombongan disambut hangat Kepala Smansa, Asep Sukanta, para guru diantaranya Guru Seni Budaya Smansa, Linda Herlina dan para pelajar.
Berdasarkan pantauan Radar Sukabumi, untuk tahun 2020, SMA dari Jepang sudah ketujuh kalinya melakukan kunjungan persahabatan. Selama dua hari berturut-turut tepatnya Selasa-Rabu (28-29/1/2020).

Rombongan yang berjumlah 21 peserta terdiri dari 12 pelajar, enam guru, dua orang dari Secretariat National Land Afforestation Promotion Organization (Nalapo) dan satu orang pemandu rombongan mengunjungi sekolah favorit yang berada di Jalan RH. Didi Sukardi No. 124, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) ini.

Adapun para pelajar dan guru yang berasal dari enam SMA Jepang itu adalah Mikami Toramaru dan Maeda Kei (pelajar) serta Nakamura Tadashi (guru pembimbing) dari Aomori Goshogawara Agriculture and Forestry High School. Kemudian Soyano Ryo, Kamibora Yuga, Kumagai Shumpei (pelajar) dan Takeuchi Hisayoshi (guru pembimbing) dari Nagano Kisoseiho High School. Kikutani Tae, Konishi Wataru, Fujita Reimei (pelajar) dan Tanaka Yoshiyasu (guru pembimbing) dari Kyoto Kitakuwada High School. Kimura Naito, Sakamoto Masaharu (pelajar) dan Kobayashi Toru (guru pembimbing) dari Tottori Chizu Agriculture and Forestry High School. Otani Takahiro (pelajar) dan Baba Fukashi (guru pembimbing) dari Okayama Katsumata High School. Togoe Shoya (pelajar) dan Okamoto Yoshiaki (guru pembimbing) dari Tokushima Prefectural Naka Senior High School.

Banyak kegiatan yang dilakukan dalam kunjungan persahabatan enam SMA Jepang ke Smansa Kota Sukabumi. Antara lain pertukaran informasi Jepang-Indonesia juga disajikan beragam kesenian, yaitu tarian maupun musik serta membatik.
Namun ada yang menarik dalam kunjungan ini, yaitu adanya penampilan siswi ABK Smansa yang unjuk kebolehan.

Ialah Fani Melani, siswi tuna netra yang berkerudung ini tampil memukau semua tamu undangan. Fani lantang membacakan sajak karyanya sendiri dan bermain angklung bersama teman-temannya.

Sebagaimana diutarakan oleh Guru Seni Budaya Smansa Linda Herlina, selain membimbing dalam pembelajaran di kelas, ia juga memberikan kesempatan yang sama kepada Fani Melani.

Walaupun berkebutuhan khusus, di mata Linda siswinya itu mampu berkarya dan berkesenian.

“Kalau istilah saya, saya ingin memberikan “MOCI (Motivation dan Creativity) untuk Fani Melani,” ujar Linda kepada Radar Sukabumi, Selasa (28/1).

Guru cantik yang satu ini dikenal cukup sabar dalam mendidik pelajar berkebutuhan khusus (ABK). Fani dilatihnya dengan penuh kasih sayang, layaknya seperti ke anak sendiri.

“Fani adalah anak yang cerdas, sama seperti pelajar normal pada umumnya. Untuk itu, kita harus membimbingnya karena dia punya bakat dan potensi gemilang. Sengaja kami tampilkan Fani dalam kunjungan persahabatan tahun ini,” tuturnya.

Kepala SMAN 1 Kota Sukabumi, Asep Sukanta menyambut kedatangan rombongan pelajar dari Jepang, Selasa (28/1).

Mengenai sekolah inklusi, ternyata Smansa adalah salah satu sekolah di Kota Sukabumi yang mendapat SK Penetapan Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif dari Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) pada 18 Juli 2011 dengan no: 421.9/16173-serdisdik.

Sejak SK didapat, baru tujuh tahun Smansa mencoba menjalankan seting pendidikan inklusif.
Menurut SK kepala dinas pendidikan menyatakan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan, dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

“Pada tahun 2019, saya mendapat tugas mengajar di kelas 12 dengan mata pelajaran seni budaya. Terdapat satu orang peserta didik yang merupakan ABK tuna netra. Dalam pembelajaran di kelas, saya membuat alat peraga. Pelajaran kategori sederhana tersebut semoga dapat memberikan wawasan dan memperkaya khasanah tentang pembelajaran seni budaya khususnya seni musik dan penilaian bagi guru juga, sehingga guru dapat melakukan pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan bagi siswa inklusi,” bebernya.

Linda menjelaskan bahwa kunjungan pelajar SMA dari Jepang ini yang ke-7 kalinya.

“Ya ini yang ke-7, satu tahun sekali. Jadi sudah tujuh tahun secara keseluruhan. Kalau yang dibawa dari Nalapo ini yang ke-4. Acara ini kerjasama SMAN 1 Kota Sukabumi, OISCA dan Nalapo,” terangnya.

Sementara itu, mewakili peserta, Egi Subakti selaku
Direktur Program Lingkungan Hidup Oisca Indonesia mengaku senang dan tidak bosan berkunjung ke Smansa Kota Sukabumi. Karena sesuai dengan tujuannya, di Smansa ini para pelajar dari enam sekolah di Jepang ingin belajar tentang lingkungan yang ada di Indonesia.

“Khususnya di usia-usia mereka yaitu usia sekolah menengah, melakukan kegiatan peduli lingkungan.
Kebetulan di Smansa ada Eco Club yang bergerak dibidang lingkungan mulai tahun 2010 sampai sekarang,” ulasnya.

Apalagi ia melihat, semua civitas sekolah sangat mendukung kegiatan Smansa, sehingga mendapat Adiwiyata.
“Itu yang menyebabkan kenapa para pelajar Jepang sering datang ke sini. Karena mereka sangat antusias sekali dengan prestasi-prestasi yang ada di Smansa, salah satunya dibidang lingkungan.
Home stay yang dilakukan di Smansa dari beberapa kali datang, ini yang selalu menjadi istimewa dan membuat mereka tertarik mengenai kehidupan anak-anak seusia mereka yang ada di Indonesia,” pungkas Egi. (sri)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *