Yang Bilang Galon Le Minerale Nyampah, Baca Riset Rekomendasi KLHK ini

Kementerian Perdagangan mendorong
Kementerian Perdagangan mendorong penguatan perlindungan konsumen melalui Pengembangan Sistem Pengaduan Konsumen Nasional pada Sidang Sesi ke-6 Intergovernmental Group of Experts (IGE) on Consumer Protection Law and Policy, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), di Jenewa, Swiss, akhir bulan lalu. Terkait berulangnya setiap tahun kasus-kasus air minum dalam kemasan (AMDK) yang dioplos, dan perdagangan masif tutup botol galon merek ternama sehingga terus merugikan keamanan dan kesehatan masyarakat, konsumen bisa beramai-ramai mengadukan hal ini.(foto : ist)

JAKARTA – Apakah karena modelnya yang sekali pakai, galon Le Minerale otomatis sampahnya lebih banyak? Sebagai pendatang baru di pasar galon bermerek dan dengan penjualan yang lagi moncer-moncernya, galon besutan PT Tirta Fresindo Jaya tersebut memang kerap dituding sebagai biang sampah oleh lawan-lawan bisnisnya yang galonnya notabene model isi ulang. Tapi apakah faktanya memang begitu?

Riset anyar Litbang Kompas dan Net Zero Waste Management Consortium, dipublikasikan pada 22 November 2023 dan dapat rekomendasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), justru bilang sebaliknya. Dari investigasi audit sampah secara serentak di enam kota, termasuk Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Samarinda dan Bali, pada 2022, tim peneliti lapangan tidak mendapati adanya sampah galon Le Minerale di tempat pembuangan akhir sampah di enam kota tersebut.

Menurut laporan riset bertajuk ‘Potret Sampah 6 Kota’, timbulan sampah plastik produk konsumen yang paling membebani lingkungan dan mendominasi tempat pembuatan akhir sampah di enam kota tersebut justru plastik kresek, bungkus Indomie dan gelas air mineral berbagai merek, utamanya Aqua.

Dari daftar 10 besar sampah plastik produk konsumen yang dipublikasi dalam laporan riset tersebut, tertera bahwa total sampah gelas Aqua, Club dan Vit jumlahnya dua kali lebih banyak dari sampah kantong kresek (urutan kedua) dan tiga kali lebih banyak dari sampah bungkus Indomie (urutan tiga). Sampah gelas Aqua, Club dan Vit juga masih lebih banyak dari serpihan plastik berbagai produk yang sukar dikenali yang notabene ada di urutan teratas.

“Sampah kemasan produk konsumen ukuran kecil memang selalu jadi beban terbesar di setiap TPA di enam kota besar tersebut,” kata lead researcher Net Zero, Ahmad Syafrudin. “Meski secara tonase terlihat kalah dari sampah organik, seperti sampah rumah tangga, faktanya sampah anorganik seperti kemasan plastik produk konsumen jauh lebih makan tempat dan volumenya selalu besar di semua pembuangan sampah, mau itu gerobak pemulung, TPS, truk sampah, TPA, pinggir sungai dan sebagainya.”

Laporan riset menggambarkan bahwa berkebalikan dengan anggapan umum, sampah produk konsumen dengan kemasannya besar justru lebih mudah dikelola dan lebih bernilai ekonomis ketimbang sampah produk konsumen yang ukuran kemasannya relatif kecil yang oleh sebagian masyarakat dianggap ‘sampah kecil’.

Sebelumnya, pada 2021, riset komprehensif Sustainable Waste Indonesia di Jakarta Raya menyebut sampah produk konsumen dengan ukuran yang lebih besar, termasuk galon Le Minerale, lebih mudah dikelola sampahnya ketimbang sampah plastik kemasan sejenis yang ukuran kecil. Selain lebih ramah lingkungan, sampah produk konsumen dengan kemasan besar juga lebih bernilai ekonomis untuk dijual kembali sebagai bahan baku plastik daur ulang. Makanya, tak heran bila galon Le Minerale jarang atau bahkan praktis tak ditemukan di tempat pembuangan akhir sampah di kota-kota besar.

Riset mendapat rekomendasi langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup tersebut digelar serempak di enam kota pada 2022. Bentuknya audit investigasi sampah plastik produk konsumen, dengan kegiatan utama mencakup pengumpulan, pemilahan dan identifikasi sampah di 17 sampel Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di setiap kota. Hasilnya teridentifikasi 1.930.495 buah sampah plastik yang terbagi dalam 635 varian sampah produk konsumen dari berbagai merek.

Sekadar informasi saja, galon Le Minerale dibuat dari Polietilena Tereftalat, plastik kualitas tertinggi, seperti wadah plastik semua botol air mineral bermerek. Inilah yang menjadikan galon Le Minerale otomatis bebas senyawa kimia berbahaya Bisfenol A (BPA), tak seperti galon isi ulang bermerek yang umumnya menggunakan kemasan Polikarbonat, plastik kualitas terendah, yang dihasilkan justru dari proses pengolahan BPA.

Galon Le Minerale juga didistribusikan dengan model beli putus, kontras dengan modal penjualan galon bermerek isi ulang. Jelasnya, bila pada galon isi ulang bermerek konsumen hanya dikasih kesempatan beli galon yang sudah dicuci ulang alias galon bekas, galon Le Minerale yang ada di pasar semuanya hadir dengan wadah yang selalu baru. Karena hal terakhir itulah, mudah dimengerti kenapa fisik galon Le Minerale selalu terlihat jernih dan tembus pandang, jauh beda dengan galon isi ulang bermerek yang umumnya buram dan kusam.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *