Pengamat: Suatu Hari Nanti Kita Juga Punya Alutsista Bertenaga Nuklir

TNI
Prajurit TNI AL mengikuti upacara peresmian KRI Teluk Youtefa 522 di Dermaga Pondok Dayung,Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (12/7/2021). (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)

JAKARTA — Fenomena Australia melakukan kerja sama keamanan trilateral bersama Inggris dan Amerika dengan membangun kapal selam bertenaga nuklir menjadi sorotan.

Menurut Analis pertahanan dan militer Connie Rahakundini Bakrie, sikap itu tidak perlu disalahpahami. Sebab, sebetulnya negara mana pun, termasuk Indonesia ke depannya pasti membutuhkan sumber tenaga atau energi dari nuklir.

Bacaan Lainnya

“Mau pakai tenaga apa lagi. Energi tidak terbarukan kan terbatas dan segera habis,” ujar Connie Rahakundini Bakrie kepada wartawan di Jakarta, Jumat (7/10).

Lebih jauh Connie menegaskan Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir juga memang terdorong kebutuhan untuk mewujudkan supremasinya. Apalagi Australia memiliki area laut yang luas. “Jadi kita waspada harus, tetapi jangan kagetan,” ujarnya.

Nuklir merupakan energi terbarukan. Connie meyakini Indonesia bakal memanfaatkan nuklir sebagai energi. Sepanjang tenaga nuklir itu digunakan untuk energi, riset dan teknologi kedokteran, foods securities, dan lainnya. Bukan untuk perang. “Suatu hari nanti kita (Indonesia) juga pasti harus punya alutsista bertenaga nuklir, termasuk kapal selam,” tekad Connie.

Dia memaparkan, sebagian besar negara secara subtansial sudah dilengkapi dengan senjata nuklir. Rusia memiliki 6.800 senjata nuklir, AS memiliki 6.185 senjata nuklir, India memiliki 150 hulu ledak nuklir. Tiongkok dan Pakistan masing-masing memiliki 320 dan 160 senjata nuklir. Ke depan tergantung kebijakan pemerintah dalam menciptakan alutsista bertenaga nuklir, terutama untuk jenis kapal selam dan kapal induk.

Dia mendorong pemerintah RI untuk menegakkan supremasinya seperti apa dilakukan negara lain. Sebagai contoh, Prancis, Inggris, Belanda, India, dan Jepang. Mereka berlomba-lomba dengan kekuatan aliansi, militer, dan persenjataannya.

“Tahun 2007 saya sudah sampaikan bahwa Indonesia perlu 12 kapal selam dan 4 kapal induk. Beberapa kelas harus bertenaga nuklir. Tidak mungkin tidak, itu keniscayaan,” ungkapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *