Ikan Nila di Sukabumi Harus Jadi Produk Unggulan

Menteri Kelautan dan Perikanan RI
Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono bersama Wakil Walikota Sukabumi, Andri S Hamami dan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu saat memanen ikan nila di BBPBAT Sukabumi, Jumat (14/4).

SUKABUMI –  Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Sakti Wahyu Trenggono mendorong produksi Ikan nila harus terus ditingkatkan. Di mana, kebutuhan internasional terhadap ikan nila ini memang sangat besar.

Bahkan, pasar ikan nila saat ini mencapai Rp14 miliar dolar AS atau 200 triliun pada tahun 2023.

Bacaan Lainnya

Tentunya, hal tersebut akan terus meningkat pertahunnya, bahkan diprediksi hingga tahun 2033, mendatang mencapai 21 miliar dolar.

“Ikan nila ini seperti emas hitam yang masih terpendam yang belum kita eksplor. Ini luar bisa begitu besar angkanya, tapi sayang belum ada ekspor dari indonesia yang signifikan kecuali dari danau toba, dan itu pun kecil nilainya hanya Rp300 miliar sampai Rp400 miliar,” ujar Sakti kepada awak media, disela-sela kunjungannya ke Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jumat (14/4).

Untuk itu, dirinya meminta, BBPBAT Sukabumi yang merupakan tempat budidaya indukan serta anakan ikan nila ini, harus bisa mengembangkan produksi. Sehingga, tidak hanya membangun untuk membantu masyarakat dalam bentuk bantuan, tetapi kedepan harus jadi BLU yang profesional.

“Kalau berbicara waktu, tahun depan sudah 2024 (tahun politik,red), tidak cukup waktunya. Tetapi kita bisa berikan kebijakan, yaitu ikan nila jadi sala satu komoditas unggulan dan harus menjadi produk unggulan Indonesia,” tambah dia.

Disinggung soal ringkat konsumsi ikan, Sakti mengungkapkan, konsumsi lokal seluruh ikan budidaya dan tangkap laut mencapai 13 juta ton pertahun atau kenaikan konsumsi perkapitanya sebesar 56 kilogram perkapita.

“Harusnya seiring dengan kenaikan signifikan, angka stuntingnya nol, tetapi ternyata masih ada beberapa masih daerah yang terdapat stunting. Yang anehnya negara kita itu negara kepulauan yang seharusnya konsumsi ikan itu seharusnya tidak seperti ini. Adapun 56 kilogram perkapita itu rata-rata keseluruha, artinya ada wilayah yang konsumsi ikan tinggi ada yang tidak,” kata Sakti.

Menurut Sakti, terkait target produksi nasional akan dilakukan semaksimal mungkin. Jadi, jika konsumsi ikan 13 juta ton itu, tidak menuutup kemungkinan terus meningkat, karena kenaikannya sangat signifikan dari tahun ke tahun, tetapi permintaan dunia meningkatnya sangat signifikan.

“Nah ini peluang dari sisi ekonomi yang harus digentot di tahun mendatang untuk produksi kebutuhan konsumsi,” pungkasnya.

Sementara itu, hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Walikota Sukabumi, Andri S Hamami, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan Tb Haeru Rahayu, serta para tamu undangan lainnya. (cr4/t)

Pos terkait