Tingkatkan Imun Dengan Menjaga Kesehatan Mental, Perlukah?

dr. Rika Nisfularika
dr. Rika Nisfularika Dokter Intersip RS Islam Assyifa Kota Sukabumi

Halo, Sahabat Assyifa! Apa kabar? Semoga sehat selalu ditengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda bumi pertiwi dan berbagai belahan dunia. Kini, Indonesia dengan bergulat dengan gelombang ketiga Covid-19.

Hal ini resmi dinyatakan oleh Kementrian Kesehatan (KEMENKES) pada 1 Februari 2022. Kasus konfirmasi Covid-19 melonjak naik sampai dengan 4.844.279 kasus, berdasarkan laman website satgas penanganan Covid-19 Republik Indonesia (15/2).

Bacaan Lainnya

Hal ini juga tak lepas dari peran virus SARS CoV-2 varian baru B.1.1.529 atau yang dikenal dengan “OMICRON”. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), varian omicron lebih mudah menular dibandingkan dengan varian lainnya dan dapat menyerang individu baik yang sudah divaksin maupun belum.

Gejala yang ditimbulkan oleh varian baru ini pada tiap individu pun beragam, yaitu mulai dari demam, batuk, flu, dan nyeri tenggorokan, ataupun bisa tidak bergejala sama sekali.

Hal ini bergantung pada status vaksinasi, kondisi kesehatan seseorang, usia, dan riwayat penyakit yang diderita oleh individu sebelumnya. Disamping itu, pandemi ini tidak hanya berefek pada kesehatan jasmani, tetapi berpengaruh besar terhadap kesehatan mental.

Kesehatan mental yang buruk dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman patogen, seperti virus, bakteri, dan lain-lain.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat mental adalah kondisi individu berada dalam keadaan sejahtera, mampu mengenal potensi dirinya, mampu menghadapi tekanan sehari-hari, mampu berkontribusi di lingkungan sosialnya.

Adapun gangguan kesehatan mental yang kerap terjadi di masa pandemi ini, yaitu cemas berlebihan, stres, gangguan stres pasca trauma, depresi, dan xenophobia (ketakutan thd orang dari negara lain yang dapat membahayakan keselamatannya).

Perempuan, anak-anak, remaja, dan lansia merupakan kelompok yang paling merasakan dampak psikososial pandemi ini (Vibriyanti, 2020).

Bagaimana pandemi dapat memengaruhi kesehatan mental sesesorang? Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gorwood dan kawan-kawan., aktivitas seperti karantina, isolasi mandiri, dan menjaga jarak dapat meningkatkan rasa kesepian dan kurangnya interaksi sosial yang dapat menjadi faktor risiko untuk gangguan mental, seperti depresi dan gangguan psikotik.

Adanya ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri sendiri dan orang terdekat yang disayangi (lansia, anak-anak, dan individu dengan status imun rendah (immunucompromised)), perubahan pola tidur atau pola makan, sulit berkonsentrasi merupakan salah satu bentuk stres yang dapat muncul di masa pandemi.

Hal lain yang dapat memicu gangguan kesehatan mental adalah stigma dan diskriminasi terhadap org yang terinfeksi ataupun tenaga kesehatan (nakes) yang menjadi garda terdepan.

Wujud stigma dan diskrimasi berupa menghindar dan menutup pintu saat menemui nakes, diusir dari tempat tinggal, dikucilkan, dilarang menggunakan fasilitas umum, dan lain-lain.

Ditambah lagi dengan adanya resesi ekonomi di era Covid-19 ini terkait dengan kasus PHK, pengangguran, dan tekanan ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan rasa putus asa, dan yang terburuk memperbesar risiko bunuh diri.

Lalu, Bagaimana kesehatan mental dapat memengaruhi imunitas seseorang? Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA) adalah bagian dari otak untuk mengendalikan reaksi tubuh thd stres, suasana hati, percernaan, dan kekebalan tubuh.

Apabila terjadi stres berkepanjangan aksis HPA dan sistem saraf simpatis akan meningkatkan hormon stres, yaitu glukokortikoid dan katekolamin yang akan menghambat sekresi sitokin proinflamasi (senyawa kimia dalam tubuh yang diperlukan untuk menyerang kuman yang masuk ke dalam tubuh) dan meningkatkan sitokin anti-inflamasi. Sehingga, tubuh akan rentan terhadap penyakit, salah satunya Covid-19.

Apa saja hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan mental? Takut dan cemas merupakan hal wajar, tetapi kita harus mampu mengendalikannya, yaitu dengan bersikap dan berpikir positif dan optimis.

Semakin tinggi sikap positif, maka semakin rendah tingkat stres yang dirasakan. Selanjutnya, pemberian dukungan psikososial kpd pasien Covid-19 dapat mempercepat proses penyembuhan dan memberikan hasil pengobatan yang lebih baik. Istirahat yang cukup, pola makan sehat, dan olahraga rutin.

Lalu, tetap terhubung dengan keluarga dan kerabat dengan memberikan dukungan psikososial satu sama lain. Selain itu, meningkatkan spiritualisme dan rasa syukur kpd Dzat yang Maha Agung atas segala sesuatu membuat hati tetap menjadi tenang.

Dan jangan lupa, bijak dalam menyaring informasi atau berita seputar Covid-19, batasi waktu dalam membaca berita, pastikan informasi yang diterima sumbernya dapat dipercaya, saring informasi sebelum sharing.

Oleh karena itu, sangat perlu bagi kita semua menjaga kesehatan mental sbg salah satu cara utk meningkatkan kekebalan tubuh di masa pandemi ini.

Saling jaga dan saling peduli, penting bagi kita semua juga untuk menghentikan stigma sehingga menjadi masyarakat yang tangguh dan sehat mental.

Mari masyarakat dan nakes saling peduli dengan tingkatkan rasa empati! Pandemi ini dapat berakhir, apabila adanya kesadaran kolektif utk patuh dengan prosedur selama masa pandemi dan menjaga satu sama lain. Bersama-sama kita pasti bisa lalui pandemi ini. SALAM SEHAT DAN STOP STIGMA!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *