Musim Kemarau di Sukabumi, 178 KK dan 20 Hektare di Desa Sukamanah Krisis Air Bersih

Krisi-Air-Bersiah
P2BK Gegerbitung, Ofieq saat meninjau lokasi resapan air di area perbukitan yang dimanfaatkan pada krisis air bersih.

SUKABUMI – Ratusan kepala keluarga (KK) di tiga kampung yang ada di wilayah Desa Sukamanah, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, mengalami krisis air bersih. Sumber air yang selama ini mereka manfaatkan untuk kebutuhan sehari-sehari, kini kondisinya mengering pasca memasuki musim kemarau.

Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Gegerbitung, Ofieq kepada Radar Sukabumi mengatakan, berdasarkan asessmen ke lokasi tiga kampung yang kini sudah mengalami krisis air bersih itu, berada di Kampung Sukamanah, RT 015/RW RW 006 dan Kampung Sukamanah, RT 018/RW 007 serta Kampung Sangkan Hurip, RT 017/RW 007, Dusun Sukamanah, Desa Sukamanah, Kecamatan Gegerbitung.

Bacaan Lainnya

“Ada sekitar 178 Kepala Keluarga (KK) dan 465 jiwa di tiga kampung itu yang mengalami krisis air bersih. Kekeringan yang melanda perkampungan tersebut sudah berlangsung sekitar 1 bulan terkahir,” kata Ofieq kepada Radar Sukabumi pada Senin (07/08).

Lebih lanjut ia menjelaskan, sudah lebih dari satu bulan di wilayah tersebut turun hujan. Sehingga, mengakibatkan berkurangnya debit air di beberapa lokasi, kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari – hari warga. Bukan hanya itu, kemarau tahun ini juga mengancam sekitar 20 hektare lahan pertanian di wilayah tersebut kekeringan.

“Iya, karena sungai Cijurey yang berfungsi untuk mengairi lahan pertanian warga, kini kondisinya sudah mulai menyusut debit airnya. Selain itu, ada dua masjid di wilayah kampung itu, kini membutuhkan air untuk wudhu,” imbuhnya.

Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-harinya, saat ini ratusan warga di wilayah tersebut hanya mengandalkan air dari area perbukitan yang merupakan daerah resapan dari pohon. Salah satunya, air resapan pohon bambu. “Ada sumber air di area Bukit Malang yang jaraknya sekitar 3 kilometer dari area pemukiman penduduk,” paparnya.

Untuk itu, akibat krisis air bersih tersebut mini mereka membutuhkan sebanyak 300 batang piva paralon 3/4 inch. Kondisi terakhir, ia mengaku belum ada penanganan dari pihak manapun. “Setelah mendapat bantuan piva paralon warga bersedia mengerjakan pemasangan piva paralon secara gotong royong,” tukasnya.

Pihaknya mengaku sudah melaporkan kondisi kekeringan tersebut ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi dan melakukan koordinasi dengan Forkopimcam Gegerbitung dan koordinasi dengan Pemerintah Desa Sukamanah, untuk memberikan agar tetap waspada kepada warga sekitar dalam mengahadapi musim kemarau tahun ini. “Iya, karena bisa berdampak pada krisis air bersih dan potensi terjadi kebakaran lahan dan hutan,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *