Ekonomi Melemah, KAHMI Dorong Tingkatan Nilai Sektor Hayati

Lima presidium Majelis KAHMI Sukabumi terpilih periode 2020-2025 saat berfoto bersama usai Musyawarah Daerah ke-3 yang dilaksanakan di Aula Gedung Sekretariat Daerah Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (22/02).

SUKABUMI — Akibat wabah Corona yang masuk ke Indonesia, Nilai tukar rupiah terus melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS), meski rupiah sempat membuka perdagangan hari rabu (18/03) dengan menguat 0,53% ke Rp 15.080/US$. Tetapi tidak lama, rupiah langsung masuk ke zona merah, bahkan hingga ke Rp 15.215/US$ atau melemah 0,36%. Menanggapi hal itu, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Cabang Sukabumi menilai pemerintah segera melakukan langkah tepat untuk mengatisipasi Resesi. Salah satu caranya adalah meningkatkan nilai tambah hayati.

“Sekarang wabah itu (Corona red) tidak bisa dilawan ketika sudah menyentuh sektor ekonomi, untuk antisipasinya segera melakukan kebijakan-kebijakan yang terukur. Salah satunya segera tingkatkan nilai tambah hayati, “jelas Koordinator Kahmi Cabang Sukabumi Ade Dasep Zaenal Abidin, (18/03),

Bacaan Lainnya

Seperti kita ketahui, kekayaan sumberdaya hayati yang dimiliki Indonesia adalah aset yang tak ternilai harganya. Sumber daya hayati tersebut tersedia dalam jumlah yang melimpah dengan potensi ekonomi yang besar. Namun, ada persoalan dalam cara pengelolaan potensi tersebut akibat belum maksimalnya pemanfaatan hasil pertanian dan kehutanan. Itu akibat belum masuknya Ilmu Teknologi ke sektor ini, padahal kalau sudah masuk bisa dijadikan peluang untuk keluar dari masa keterpurukan ekonomi.

“Ketika kita berfikir terus soal virus ini, kenapa tidak berfikir untuk mencarikan obat dari sektor pertanian. Setidaknya, dengan adanya terobosan dari pemerintah mengumpulkan para ilmuan untuk mencari ramuan dari tanaman yang ada di Indonesia bisa menjadi salah satu cara untuk segera keluar dari masalah ini, “terangnya.

Dengan kekayaan alam yang memadai, sangatlah mungkin pemerintah untuk segera melakukan riset vaksin yang dihasilkan dari pertanian, terutama dari hasil rempah-rempah. Dirinya menyakini, segala penyakit yang ada dimuka bumi ini ada obatnya, asalkan manusia mau untuk berfikir dan mencari ramuan yang dihasilkan dari alam yang ada di Indonesia.

“Saya tidak bisa membanyangkan ketika orang Indonesia bisa menemukan obat Corona ini dari hasil ramuan hasil pertanian, secara ekonomi akan membantu pertumbuhan karena yang memerlukan obat ini bukan hanya orang Indonesia tetapi seluruh dunia, “terangnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, saat ini memang sedang melakukan persiapan untuk melakukan riset tersebut. Nah, hal itu perlu adanya dorongan semua agar apa yang dilakukan pemerintah soal wacana riset itu berjalan cepat. “Ya kita tahu semua, negara kita dijajah karena banyak rempah-rempahnya, kok kenapa saat ini kita setelah merdeka kita tidak fokus untuk mengembangkan rempah-rempah ini, “terangnya.

Dirinya berharap dengan adanya pengembangan dan riset kepada bidang pertanian akan membawa dampak baik bagi pertumbuhan ekonomi. Khusus untuk Kabupaten Sukabumi, hal itu sangat mudah untuk diterapkan melihat dengan jumlah luasan wilayah tanah yang ada. Seharunya potensi ini dilihat sebagai peluang bagaimana cara meningkatkan ekonomi.

“Ya kita jauh mungkin bersaing teknologi dan industri dengan negara Jepang, Korea dan lainnya karena mereka sudah lebih jago, tetapi kita belum terlambat untuk bisa bersaing dalam hal ekonomi dengan mengembangkan sektor ekonomi dari Hayati, jika ini digarap serius akan menjadikan pintu keluar dalam perbaikan ekonomi, “tukasnya. (hnd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *