Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah Kandang Kuda

“Hasil dari penjualannya kami belikan kapur dan sepidol hingga kebutuhan sarana lain. Aktivitas seperti itu berlangsung tiga tahun,” sebut perempuan yang kini menjabat Koordinator Bidang Kesiswaan MIS Muallim Tabek.

Memanfaatkan rumah guru reyot, bukan berarti perjalanan MIS Muallim datar tanpa terjal. Sebaliknya, lokasi belajar di bekas rumah guru SDN 02 itu sempat ditentang salah satu pihak yang merasa memiliki rumah itu. Akhirnya pindah ke rumah guru yang juga sudah reyot tak jauh dari rumah guru sekolah pertama.

“Sudah tak punya biaya, nggak digaji, tempat belajar digugat pula. Lengkap sudah perjalanan sekolah kami,” kenang Murniati.

MIS Muallim bahkan nyaris bubar di pada 2009 silam. Padahal, total murid sekolahnya saat itu mencapai 120 orang. Kejadian itu berawal saat Murniati tengah mengandung anak ketiganya. Sekolah kekurangan tenaga pendidik. Guru baru yang masuk pun tidak ada.

“Persoalan utamanya tetap karena tidak ada pembeli kapur dan sarana lain. Biasanya saya jalankan sumbangan, nah saat saya hamil, tentu tidak bisa. Makanya, sampai pada wacana menghentikan proses belajar mengajar,” katanya.

Rencana bubarnya MIS Muallim Tabek pun sampai ke telinga Kepala UPT Pendidikan yang kala itu dijabat Lutfi. “Katanya, asalkan tidak bubar, saya carikan kapur. Ndak usah minta sumbangan lagi. Meja untuk belajar juga akan saya carikan,” kata Murniati menirukan jaminan Kepala UPT kala itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *