Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah Kandang Kuda

“Bagi yang malas dan bosan belajar di kelas, mereka belajar di gazebo ini,” sebut Kasri, guru Bahasa Arab MIS Tabek membuka perbincangan.

Kasri menyebut, MIS Tabek memiliki 22 orang guru dan empat di antaranya berstatus PNS. Selebihnya guru honorer yang sudah belasan tahun mengabdi. Sedangkan jumlah lokalnya mencapai 11 unit yang tersebar di tiga gedung belajar. Total semua siswanya mencapai 197 orang. MIS ini juga memiliki satu unit musala yang kini tengah disempurnakan.

“Sekarang kondisi mengundang kagum. Lokal bagus, ada kantor, aula, labor dan UKS. Kalau dulu, setiap yang melihat dipastikan menangis,” sebut Kasri yang juga merangkap guru Penjaskes.

Di MIS Muallim ini, kegiatan belajar mengajar berlangsung dari pukul 07.15 WIB dan berakir pada pukul 17.00 WIB. Selain mata pelajaran umum, siswanya juga belajar mengaji, hafalan alquran, Bahasa Arab, hingga bahasa Jepang. Khusus bahasa Jepang baru berlangsung sejak dua tahun terakhir.

Kelahiran madrasah ini melewati proses cukup panjang dan pahit. Bermula inisiasi masyarakat hingga akhirnya harus dikelola dan dijaga masyarakat itu sendiri. Para inisiator itu yakni Ainismar, Muchtar, dan beberapa tokoh masyarakat Jorong Tabek. Kini Ainismar sudah almarhum.

Madrasah yang berdiri sejak tahun 2000 itu berawal dari meledaknya jumlaho murid SD Inpres (SDN 09 Talang Babungo). Ketika itu SD Inpres merupakan satu-satunya SD di kampung tersebut. Kapasitas SD tersebut tak bisa menampung 250 orang murid. Akibatnya, murid sampai belajar di teras sekolah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *