Nyala Mimpi Anak Kampung Yang Sempat Mati di Madrasah Kandang Kuda

Namun ketika rutinitas MIS terus berlanjut meski diterpa cemooh sebagian orang. “Mungkin karena orang tuanya saat itu setengah hati menyekolahkan anak di sini. Apalagi, MIS ini baru, lokalnya tidak beres.

Tapi, yang ikhlas tetap mempertahankan anaknya sekolah di sini,” terang guru yang masih bertatus honorer Kementerian Agama (Kemenag) itu.

Kendati memiliki sedikit siswa, tetapi prestasi murid pertama MIS Muallimin membuka mata batin sebagian masyarakat yang dulu mencibir. Anak-anak sekolah reyot itu mampu menjadi terbaik kedua saat Ujian Nasional (UN) di tingkat Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok.

“Setahun kemudian murid kami baru mencapai 30 orang. Tapi, kondisi sekolah masih sama,” katanya.Pada awal berdirinya pengajar di MIS Tabek hidup penuh dengan keprihatinan.

Sebab mereka tidak diberi honorarium. Hal itu cukup beralasan. Karena, untuk membeli kapur papan tulis mereka pun tak punya uang. Salah satu cara mendapatkan uang pembeli kapur dan spidol adalah dengan meminta sumbangan dan sedekah warga sekitar sekolah.

Sumbangan itu dipunguti oleh Murniati yang ketika itu ditemani Pelni. Ketika itu Pelni masih sekolah di SMA. Kini Pelni tercatat sebagai salah satu guru PNS yang ditugaskan mengajar di MIS Tabek. “Saat Pelni libur, kami keliling minta sumbangan. Ini berlangsung sampai tahun kesembilan,” terang ibu tiga anak itu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *