Mengunjungi Fasilitas Simulator bagi Calon Pilot Lion Air

Namun, Lion Air Group menerapkan standar lebih tinggi, yakni si pilot harus punya minimal 500 jam terbang di B737 NG. Kemudian, harus menjalani tiga jam CBT. Dan, terakhir si pilot harus sudah familier, baik sebagai pilot penerbang (pilot flying) maupun pilot pemantau (pilot monitoring). ”Jadi, sebenarnya standar kami sudah lebih tinggi,” kata Dibyo.

Pascainsiden jatuhnya Lion Air JT 610, Dibyo mengatakan, seluruh sistem pelatihan di ATC tengah diaudit. Baik oleh Ditjen Perhubungan Udara maupun oleh setiap customer ATC (Lion Air, Batik Air, Wings Air, Malindo, Thai Lion).

Selain itu, Dibyo mengatakan, Lion Air Group sudah menerapkan peringatan yang dikeluarkan Boeing dalam buletin layanannya. Tentang potensi malafungsi instrumen penerbangan dengan mengetatkan pelatihan bagi pilot dalam mengatasi tiga keadaan.

Yakni, kecepatan yang tidak akurat (airspeed reliability), pengatur ketinggian (runaway stabilizer), serta cara memulihakn pesawat dari posisi terbang yang tidak terkontrol (jet upset recovery). ”Prosedur-prosedur ini ditambahkan dalam fase recurrent mendatang, saat pilot-pilot memperbarui type rating mereka selama enam bulan sekali,” jelas Dibyo.

 

(*/c10/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *