Mengikuti Simulasi Peringatan Dini Tsunami di Ruang Komando Ina-TEWS

FOTO TAUFIQURRAHMAN/JAWA POS GARIS DEPAN : Kabid Gempa Bumi Dan Peringatan Dining Tsunami BMKG menunjukkan stasiun computer TOAST di pusat kendali INA-TEWs.

Sumatera juga tak kalah menderita. Mulai Bakauheni, Tanjung Tua, pesisir Rajabasa, Kalianda, Kiluan, Kota Agung, terus ke utara hingga hampir separo pesisir Bengkulu dihantam gelombang di atas 3 meter. Sementara itu, noda oranye atau gelombang di bawah 3 meter terus memanjang ke utara hingga Sri Lanka, lalu ke selatan terus ke pesisir barat Australia.

AI juga menampilkan data dalam bentuk grid dan tabel. Grid menunjukkan garis-garis ledakan gelombang yang menjauh dari pusat guncangan dengan interval setengah jam. Membaca itu, gelombang tsunami akan mencapai Tangerang dalam waktu 2 jam dan akhirnya Jakarta dalam waktu 3,5 jam. Meski, tinggi gelombang sudah di bawah 2 meter.

Bacaan Lainnya

Namun, di antara semua noda merah dan kuning, ada satu titik berwarna ungu di peta di sebelah selatan Selat Sunda. Bertulisan CHRS. Artinya, Christmas Island atau Pulau Natal, bagian dari Australia. Warna ungu, dalam semua peta maritim BMKG, menunjukkan skala terparah dari dinamika gelombang. ”Artinya, stasiun pemantauan CHRS di Pulau Natal tenggelam. Pulaunya tenggelam,” jelas Dwi.

Daryono kemudian menjelaskan, perhitungan peta wilayah landaan, waktu tempuh, dan tinggi gelombang telah melalui pertimbangan topografi pantai, kedalaman laut, dan semua aspek geografis.

Begitu TOAST mengeluarkan peta, data kemudian berjalan menuju dua stasiun komputer terakhir. Yakni, stasiun diseminasi informasi dan stasiun pengawasan tide gauge. Sistem diseminasi lantas mengirimkan data-data yang dibutuhkan ke stasiun-stasiun BMKG di daerah-daerah terdampak, pusat-pusat pengendalian (pusdalops) badan penanggulangan bencana daerah (BPBD), dan pusat-pusat pemerintahan daerah. ”Nanti tugasnya stasiun-stasiun itu yang menghidupkan sirene, memulai evakuasi, dan lain sebagainya,” jelas Daryono.

Kami lantas berpindah ke stasiun komputer pemantau pantai. Di sana sedang bertugas Ali Imron. Stasiun itu terhubung dengan ratusan alat pengukur gelombang (tide gauge) yang tersebar di seluruh pantai Indonesia. Dalam skenario tsunami sungguhan, setelah gempa terdeteksi dan peta peringatan dini dikeluarkan, petugas akan ganti memelototi monitor di stasiun tersebut untuk mengonfirmasi apakah tsunami benar-benar datang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *