RADARSUKABUMI.com – Di ruangan berukuran sekitar 15 x 20 meter itu berderet puluhan layar komputer. Mirip suasana dalam film-film laga. Dijaga siang malam oleh tujuh petugas dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Ruangan tersebut adalah garis terdepan pertahanan pantai Indonesia terhadap tsunami.
TAUFIQURRAHMAN, Jakarta
SELURUH sistem komunikasi yang diterapkan dalam Indonesia Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) dijalankan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Ada total lima stasiun komputer yang dipasang di tengah ruangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.
Satu stasiun di ujung depan terhubung dengan 170 sensor seismik yang terpasang di seluruh wilayah Indonesia. Itu adalah meja pendeteksi dan pemroses gempa. Saat gempa terjadi, lampu peringatan berbunyi dan suara notifikasi dari stasiun komputer tersebut berbunyi. Secara otomatis, stasiun komputer pertama itu akan menganalisis kedalaman, episenter, hiposenter, magnitude gempa, dan langsung mengeluarkan peta skala guncangan (shakemap).
Begitu data didapatkan, secara otomatis stasiun pemrosesan gempa akan meneruskan ke stasiun komputer decision support system (DSS). Stasiun itu melakukan analisis lebih lanjut untuk menentukan apakah gempa memiliki potensi tsunami atau tidak.
Jika sistem menyimpulkan bahwa gempa berpotensi menimbulkan tsunami, data-data akan dikirimkan ke stasiun ketiga, yakni TOAST (tsunami observation and simulation terminal) atau stasiun pemodelan tsunami. Selanjutnya, AI memanfaatkan TOAST untuk memindai lebih dari 18.000 koleksi skenario tsunami untuk melakukan prediksi waktu tempuh gelombang tsunami hingga memetakan daerah terdampak.