Cerita Mantan Napiter yang Kembali ke NKRI

Mustafa saat itu menahan diri. Akhirnya, karena tidak ingin terjadi sesuatu, dia menghubungi salah seorang anggota Polrestabes Medan. ’’Saat itulah saya dibantu, dilepaskan. Tapi, saya juga tahu malu, tidak mau lagi begitu,’’ katanya.

Bukan hanya itu. Pernah suatu kali seorang preman berusaha mengganggu Mustafa. Dalam hatinya tebersit keinginan untuk menghabisi preman itu. ’’Bawa bom saja berani, apalagi hadapi preman. Tapi, saya serahkan saja ke polrestabes,’’ ujarnya.

Bacaan Lainnya

Mustafa juga memberikan masukan bagi BNPT dan Polri dalam melakukan deradikalisasi. Pendekatan terhadap mereka yang masih memiliki pemahaman semacam itu tidak bisa frontal. ’’Jangan langsung,’’ tegasnya.

Kini pemikiran Mustafa telah berubah. Pandangannya soal kepolisian juga bergeser. Saat ditanya pendapatnya soal polisi, dia menyebutkan, dulu polisi dianggap sebagai thogut.

Tapi, setelah dirinya mengetahui lebih dalam, bicara mereka sopan. Bahkan, salatnya juga rajin. ’’Saya pernah salat diimami polisi. Saya jadi berpikir, ini thogut bukan sih?’’ ujar lelaki yang menjadi mentor saat masih berstatus anggota Jamaah Islamiyah (JI) itu.

 

(*/c5/oni)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *