Strategi Pusat Perbelanjaan Hadapi Belanja Online

“Pilih menu makanan juga pakai tab di restoran. Orang kita itukan senang pamer. Jadi kalau ada yang menarik, sambil selfie dan foto-foto. Sama saat mereka ke luar negeri, mereka ingin tampilkan di instagramnya. Oh gue lagi di sini,” ujar Stefanus. Selain itu, seabrek inovasi juga dilakukan pengelola pusat belanja.

Karena itu jangan heran, kalau mal saat ini tidak hanya sebagai tempat belanja saja. Namun seperti tempat wisata. Ada arena permainan, kuliner hingga tempat kongkow-kongkow. Hal itu dilakukan supaya pengunjung tetap ramai.

“Di Jakarta ada 83 mal. Selalu ramai, karena terus melakukan inovasi. Juga menerapkan offline to online dan omni channel,” ujar Stefanus.Bahkan pertumbuhan pusat belanja semakin banyak. Di seluruh Indonesia saat ini menurutnya sudah ada 312 pusat belanja.

“Sekarang ini bahkan bisnis online juga ada yang online to offline,” jelas Stefanus.
Kondisi itu juga disebabkan karena masih banyak masyarakat yang ingin melihat atau mendengarkan langsung produk yang ingin dibelinya. Misalnya untuk produk elektronik dan audio visual.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, bisnis dari waktu ke waktu ada evolusi. Menurutnya era digital, kita tidak bisa menghindari kemajuan teknologi. Karena itu para pengusaha selain menjual secara offline juga dengan cara online.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *