Hadir di Pojok KUR, Wirausaha Millenial Pertanian Beberkan Kiat Sukses

Pojok KUR Polbangtan

BOGOR – Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor sebagai Provincial Project Implementation Unit (PPIU) dari Program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS) di Jawa Barat kembali mempertemukan para pengusaha dan petani milenial di seluruh Indonesia, melalui Milenial Agriculture Forum (MAF) pada Rabu, (15/11/2023) di Aula BPP Wilayah V Dramaga, Kabupaten Bogor.

Ajang diskusi anak muda yang dikemas melalui talkshow dengan tema POJOK KUR: Penguatan Ekosistem Klaster Pertanian untuk Kelayakan Pengajuan Permodalan ini melibatkan para petani, offtaker, pebisnis, dan pengusaha muda di bidang pertanian khususnya yang berada di wilayah Bogor, Jawa Barat.

Bacaan Lainnya

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyampaikan bahwa petani milenial memiliki peran penting dalam menjamin ketersediaan pangan di Indonesia.

“Yang menjamin berdiri tegaknya negara dan bangsa adalah petani milenial, petani milenial punya peran penting untuk bangsa dan negara, karena petani milenial, garda terdepan dalam mencapai ketahanan pangan nasional,” jelasnya.

Senada dengan Dedi, Plh Direktur Polbangtan Bogor l sekaligus Direktur YESS PPIU Jawa Barat, Rudi Hartono mengatakan, semangat berwirausaha memang butuh motivasi layaknya permodalan.

“Permodalan sangat penting untuk kegiatan usaha. Jika memang permodalan dari orang lain, butuh perhitungan yang cermat. Jika menggunakan modal orang lain ada semacam effort bagaimana supaya bisnis yang dikembangkan selalu menguntungkan. Ada beban yang harus ditempuh sehingga menjadi termotivasi untuk berkembang lebih baik lagi”, ujar Rudi.

Business Talkshow yang menjadi program mingguan dari program YESS Kementan ini mendatangkan Nicki Junianti, selaku local champion yang sukses bertani cabai dengan lahan mencapai 5 hektar dan saat ini menjadi offtaker untuk petani cabai di wilayah Bogor dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah.

Nicki sejak awal memang memiliki minat yang besar di dunia usaha, alih-alih menjadi pegawai kantoran. Nicki memilih untuk berwirausaha di bidang pertanian karena banyak sekali anak muda yang belum berminat menjadi petani. Sehingga memberi peluang bagi Nicki untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian, khususnya produksi cabai. Nicki juga mendampingi petani-petani lain untuk menjadi inti plasma.

Selain Nicki, hadir juga Ahmad Nuratman, milenial asal Tanjung Balai Karimun yang sukses menjadi local champion peternak Kambing. Awalnya, Ahmad diberi modal berupa lahan seluas 17 hektar di kawasan Puncak, Bogor.

Termotivasi dari sabda Rasulullah, bahwasanya disunnahkan untuk memelihara kambing niscaya di dalamnya ada keberkahan. Dengan perencanaan yang matang dan kerja keras, saat Covid melanda, justru Ahmad mendapat banyak permintaan akan susu kambing sehingga Ahmad berhasil meraup omzet miliaran rupiah.

Perjalanan bisnis ini panjang. Ahmad meyakini komoditi domba dan kambing sudah dijanjikan dalam agama.

Hingga saat ini, sudah ada 15 orang peternak di wilayah Bogor yang tergabung ke dalam klaster. Ahmad membentuk pasar ritel nasional sehingga dapat memenuhi kebutuhan susu total ada 50 peternak seluruh Indonesia untuk ruminansia kecil.

Setali tiga uang, Arief Rachman selaku mitra bisnis dari program YESS yang mendirikan bisnis startup di bidang peternakan juga membagikan kiat sukses bisnisnya yang digeluti sejak 2021.

Lulusan sarjana peternakan ini mengaku sudah melakukan usaha jual beli ternak kurban sejak bangku kuliah.

Setelah lulus Arief mencoba peruntungan dengan menjual daging di garasi rumah tanpa karyawan dengan menggunakan alat seadanya. Arief mengaku cukup banyak permintaan di kala lebaran idul fitri. Sehingga Arief melihat ini sebagai potensi bisnis yang menjanjikan.

Bermodalkan ruko dengan harga sewa yang sangat murah, Arief mencoba mengembangkan usahanya dengan cara melakukan variasi daging impor dan RPH. Terkoneksi dengan importir besar, Arief lebih memfokuskan usahanya kepada ekosistem peternakan di hulu, seperti penyediaan pakan, obat-obatan penunjang hewan, pembiayaan permodalan untuk tambahan ternak.

“Dimulai dari manajemen peternakan yang paling besar variabel costnya ada di pakan. Bagaimana pakan bisa diberikan secara yarnen (bayar panen) agar tidak memberatkan mitra bisnis”, pungkas Arief (wsd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *