Prof Joniarto Parung, Delegasi Perwakilan Indonesia untuk ACD di Qatar

KERJA SAMA: Rektor Ubaya Prof Joniarto Parung di Gedung Village International Universitas Surabaya (Ubaya), (7/5).

Rektor Universitas Surabaya (Ubaya) Prof Joniarto Parung menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam acara 16th Asia Cooperation Dialogue (ACD) Foreign Minister’s Meeting di Qatar pada 30 April hingga 2 Mei. Begini ceritanya.

SEPTINDA AYU PRAMITASARI

PROF Joniarto Parung menunjukkan koran lokal Qatar yang memberitakan secara headline pertemuan penting antarnegara di acara 16th Asia Coopera
tion Dialogue (ACD) Foreign Minister’s Meeting di Qatar. Pertemuan tersebut dihadiri tokoh-tokoh penting dari berbagai negara di Asia.

Baik perwakilan dari pemerintah negara maupun delegasi yang mewakili bidang tertentu.

Di antaranya, ada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Prof Joniarto Parung dari Indonesia. ’’

Saya diminta mewakili Indonesia untuk bidang pendidikan,’’ kata Joniarto di salah satu ruangan di Gedung Village International Universitas Surabaya (Ubaya), Selasa (7/5).

Rektor Ubaya tersebut menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang diundang dalam ACD di Qatar.

Sebelumnya, Joniarto terlibat dalam anggota ACD yang ikut mengembangkan kerja sama antar negara di bidang pendidikan. Sekitar dua tahun dilakukan.

pembahasan program kerja sama dengan perguruan tinggi yang masuk keanggotaan ACD. Program itu pun resmi ditandatangani pemerintah dari setiap negara.

’’Saya senang dan bangga Ubaya bisa menjadi bagian dari pengembangan pendidikan di dunia,’’ ujarnya.

ACD merupakan kegiatan organisasi di bawah koordinasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). ACD meliputi 34 negara yang berdiri pada 18 Juli 2002 di Thailand.

Tujuannya, membantu mengintegrasikan berbagai kerja sama yang ada antarregional.

Setiap tahun para menteri dari berbagai negara tersebut bertemu untuk membahas kerja sama dari berbagai bidang.

’’Tahun ini sudah pertemuan ke-16,’’ ujarnya.

Joniarto menuturkan, kerja sama tersebut meliputi pengembangan edukasi dan sumber daya manusia (SDM), perdagangan, pariwisata, hingga teknologi.

Selama ini kerja sama di bidang edukasi dan SDM sedikit lambat daripada bidang lain.

Karena itu, tiga tahun terakhir ini kerja sama di bidang pendidikan mulai digalakkan.

’’Melalui SIAM University, Bangkok, berbagai perguruan tinggi tingkat Asia di bawah koordinasi ACD yang memiliki reputasi didata.

Ubaya menjadi salah satu yang ditunjuk untuk menjadi perwakilan Indonesia,’’ ucapnya.

Dua tahun lalu Joniarto diundang untuk memulai kerja sama di bidang pendidikan antarnegara di Asia.

Total ada 11 negara yang terlibat dalam kerja sama tersebut.

Kerja sama pertama yang diangkat adalah program gelar bersama atau joint degree master of business administration (MBA) Asia.

’’Program joint degree ini untuk S-2. Minimal satu tahun di PT asal dan satu tahun di PT negara lain,’’ jelasnya.

Mahasiswa program MBA Asia tersebut bisa mendapatkan ijazah dari dua kampus sekaligus.

Selain itu, mahasiswa yang ingin belajar satu semester di PT Asia yang telah menandatangani MoU akan mendapatkan sertifikat saja.

’’Dua tahun terakhir ini kami berdiskusi untuk menyama kan kurikulum,’’
kata Joniarto.

Penyamaan kurikulum antar perguruan tinggi dari berbagai ne gara tentu tidak mudah.

(*/c15/ano)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *