Baznas Dorong Petani Tanam Padi Organik

Pendamping program saat memeriksa kondisi padi organik di Desa Cibatu, Kecamatan Cikembar.

Makanya pada kesempatan ini kami berikan pelatihan kepada mereka terkait teknis budi daya, pembuatan pupuk organik, pembuatan pestisida nabati dan teknik bercocok tanam yang sesuai standar SRI Organik,” jelasnya.

Dengan menerapkan pertanian organik ini, kata Randi, tentunya beras yang dihasilkan akan lebih sehat dan berkualitas. Dari seluruh total wailayah, rata-rata luasan garapan petani saat ini 0,3 sampai 0,5 hektare perpetani dengan rata-rata hasil panen jika secara konvensional sebanyak lima ton perhektare Gabah Kering Panen (GKP) non organik dengan harga sebesar Rp 4.500 kilogram.

Bacaan Lainnya

Tetapi jika menggunakan metode SRI Organik, peningkatan hasil panen GKPdari satu sampai dua ton perhektare menjadi enam sampai tujuh ton dan terus bertambah hingga musim tanam ketiga dengan target hingga mencapai sembilan ton perhektare dan harga GKP meningkat menjadi Rp 5.000 perkilo gram.

“Rata-rata pendapatan para petani sebelum adanya program ini hanya Rp1.378.000, masih di bawah standar minimum daerah. Dengan pelaksanaan pertanian organik ini diharapkan pada musim tanam ketiga penghasilan mereka meningkat dengan penghasilan rata-rata Rp3.043.000. Jika dibandingkan dengan UMK Kabupaten Sukabumi tahun 2019 yakni sebesar Rp 2.791.015, hasil tani ini lebih tinggi,” cetusnya.

Menurutnya, Baznas juga melakukan pendampingan pada proses pemasaran hasil panen para petani. Sebab Baznas sudah bekerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi untuk pengadaan beras program beras Sukabumiku disamping tetap memenuhi kebutuhan penyaluran Baznas melalui layanan aktif Baznas, ATM beras, kebencanaan, akat fitrah atau program lainnya.

“Selama program berjalan, kami akan melakukan pendampingan secara intensif selama minimal dua tahun,” imbuhnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *