Adu Kelezatan Kuliner Martabak Manis

LEZAT: Salah seorang pedagang saat membuat martabak yang semakin menjadi kegemaran masyarakat. ARFAN FOR RADAR SUKABUMI

RADARSUKABUMI.com – Tidak lengkap rasanya bila membahas hidangan penutup bila tidak mencoba kuliner martabak. Kuliner bercita rasa manis dan gurih ini sudah sejak lama jadi teman di segala suasana. Martabak manis kerap identik dengan buah tangan pria ketika mengunjungi rumah sang kekasih.

Muhammad Arfan Septiawan

Sebelum menjamur ke seluruh Indonesia, Martabak manis pertama kali dikenalkan seorang warga keturunan Tionghoa bernama Hakka. Nama asli panganan ini sendiri ialah Hak Lo Pan. Dahulu, topping dari Hak Lo Pan hanya sebatas gula dan wijen sangrai serta coklat. Hakka nampaknya harus bersyukur, sebab makanan buatannya kini telah hadir hampir di seluruh wilayah Indonesia. Tidak sebatas hadir, martabak manis juga alami beberapa perubahan.

Varian rasa yang beragam menandai telah berkembangnya martabak. Topping pada martabak banyak yang menggunakan olahan manis populer seperti red velvet dan green tea. Varian rasa kekinian tersebut diketahui mulai jadi tren di masyarakat sejak 2015 silam. Di sisi lain, apakah martabak dengan cita rasa otentik seperti dahulu masih jadi kegemaran masyarakat?.

Restu Amel, Warga Kota Sukabumi menceritakan kecintaannya pada martabak manis. Bagi Amel, Martabak sudah jadi hidangan wajib hampir setiap hari. Cita rasa manis yang ada membuat Amel tidak ingin berpaling ke hidangan manis lain, dirinya setia dengan martabak. “Enak dan cocok buat segala situasi, bahkan segala suasana hati. Martabak makin enak menurutku kalau dimakan bareng-bareng. Paling penting sih martabak itu punya ciri khas nya,” Kata Amel (13/1).

Ciri khas punya peranan penting yang membuat hidangan ini tetap eksis. Gurihnya martabak ditambah dengan varian topping membuat Amel tidak bosan menyantapnya. Jika ditanya mengenai kelezatan martabak, Amel menjatuhkan pilihannya pada martabak otentik disbanding martabak kekinian.

“Beda rasanya kalau martabak kekinian, karena aku dari dulu lebih sering makan martabak manis otentik jadi kalau disuruh milih mending martabak manis otentik. Tapi, martabak kekinian bukan berarti engga enak juga, itu masalah selera saja. Lagi tren juga kan martabak rasa kekinian di sosial media,” imbuhnya.

Varian rasa dari martabak manis memang sedang mencuat, tak terkecuali di Kota Sukabumi. Saat ini, kedai-kedai martabak tidak kelewatan menambahkan varian rasa itu ke dalam menu martabaknya. Mulai dari ovamaltine, red velvet, green tea, pandan, dan varian lain silih berganti jadi buruan masyarakat.

Salah satunya ada Martabak James yang ada di bilangan Ahmad Yani Sukabumi. “Martabak James sudah ada dari 1997. Sekarang kami nambah nambah menunya, mengikuti zaman sama biar kekinian,” Terang Ina di sela-sela layani pembeli di Kedainya.

Kedai Martabak James sudah langgeng berjualan sejak 21 tahun lalu. Kedai ini juga jadi salah satu kedai yang bertahan di tengah latahnya masyarakat berbisnis Martabak. “Soal munculnya pesaing itu tidak masalah, yang penting kita (Martabak James) harus jaga terus kualitas,” Ucap Ina.

Ina menuturkan membuat hidangan martabak telah turun-temurun dilakukan keluarganya. Tak heran, Ina punya resep rahasia yang menciptakan cita rasa yang tidak ditemukan di kedai lain. Menghadapi persaingan yang ketat di bisnis martabak, Ina hanya menekankan pentingnya menjaga kualitas.

Menjaga kualitas artinya memastikan segala hal yang berkaitan dengan hidangan martabak buatannya tidak berbeda dengan cita rasa sejak dahulu. Selain itu, Martabak James menuturkan segala proses pembuatan masih menggunakan cara tradisional. Bukan tanpa sebab, Ina ingin cita rasa martabak buatannya tetap terjaga dan tidak berbuah. Rahasia itu yang membuat pelanggan Ina tidak pergi ke kedai lain, “banyak pelanggan tetap di kita, tapi tetep harus pertahanin rasa maratabak kita, biar pelanggan balik lagi,” Ucap Ina.

Memiliki pelanggan tetap membuat Ina hapal betul selera pelanggannya. Saking sudah lama punya langganan, Ina bercerita dirinya punya kedekatan dengan beberapa pelanggan tetap tersebut. Pelanggan yang sudah lama dinilai Ina cenderung memilih martabak manis otentik.

Meski, terkadang pelanggan tetap tersebut membeli varian rasa kekinian untuk menjawab rasa penasaran. Sementara itu, pelanggan baru biasanya memilih varian rasa kekinian. Layaknya Amel, varian rasa kekinian dipilih pelanggan lain karena sedang jadi tren di sosial media. Ina memperhatikan Jika pelanggan suka dengan varian rasa kekinian, biasanya pelanggan tersebut akan mencoba varian rasa kekinian lain.

Sambungnya, jika rasa penasaran telah hilang, pelanggan biasanya punya satu menu andalan yang selalu dipesannya.Pada akhirnya, selera pribadi yang menentukan pilihan pecinta martabak. Tidak peduli tren yang tengah berkembang, kenyamanan akan cita-rasa tertentu di martabak jadi alasan utama pelanggan betah menyantap martabak, entah itu martabak otentik atau kekinian. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *