Melihat Aktivitas Komunitas Sariungan Baraya Reptil Sukabumi

Bagi kebanyakan orang, ular Jali merupakan hewan yang cukup ditakuti karena bisanya yang dianggap berbahaya. Tidak sedikit orang menjadi korban akibat keganasan bisa dari ular yang memiliki nama latin ptyas mucosus ini. Namun tahukah anda, di Kabupaten Sukabumi ini ada sebuah komunitas yang bersahabat dengan ular Jali ini. Komunitas itu bernama Komunitas Sariungan Baraya Reptil Sukabumi (Sabaris). Bagaimana ‘keakraban’ mereka ini?

Laporan Lupi Pajar Hermawan, Kecamatan Cisaat

Setiap Minggu pagi, pemandangan berbeda nampak di Taman Alun-alun Cisaat, Kecamatan Cisaat. Ini bukan karena ratusan warga yang berdatangan, melainkan karena ada atraksi ‘keakraban’ antara ular berbisa, Jali dengan komunitas Sabaris. Mereka tidak sungkan memperlihatkan pertemanan. Ya, kadang-kadang atraksi keduanya ini membuat bulu kuduk orang yang melihatnya merinding.

Dibalik ‘kegilaan’ keduanya, nampak terlihat jalinan perteman dari keduanya. Masing-masing tidak lagi kaku untuk saling bercumbu. Tentu bagi orang yang melihatnya, aksi yang dilakukan para komunitas Sabaris ini terbilang gila karena dianggap sangat membahayakan keselamatan.

Untuk diketahui, ular Jali ini aktif pada siang hari, dimana ia dapat ditemukan diberbagai macam habitat, seperti semak-semak, hutan hujan, rawa-rawa, hutan kering maupun lembab dan habitat lainnya. Ular asli Indonesia ini juga telah beradaptasi dengan baik sehingga dapat hidup di daerah dekat perkotaan besar, dimana banyak tikus berada, seperti daerah pertanian, pedesaan dan perkebunan. Kepala ular ini berbentuk oval, sedikit segitiga, tubuh cukup ramping dan ekor panjang.

Sisiknya halus, matanya besar, iris berwarna coklat dan pupilnya besar berwarna hitam padat, dikelilingi oleh cincin kuning. Lubang hidung menonjol, lidahnya besar, berwarna hitam atau biru-hitam, kepala bagian atas berwarna coklat gelap. Mangsanya sangat beragam, dari tikus, kelelawar, kadal dan vertebrata lainnya. Namun ada satu yang harus diingat, jika ia terpojok, ular ini akan mengembangkan dirinya dan mencoba menggigit pengganggunya serta membuat suara mendesis, beberapa herpetolog percaya bahwa ini merupakan sifat tiruan dari ular kobra untuk membela dirinya.

Meskipun demikian, bagi komunitas yang beranggotakan puluhan pecinta reptil ini, mereka mencoba mengenalkannya kepada masyarakat luas, khususnya yang berkunjung ke Alun-alun Cisaat. Dengan tujuan, agar warga tidak sembarang membunuh saat menemukan ular di lingkungannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *