Refleksi Hari Guru Nasional : Mengajar dan Mendidik

Endang Supriatna
Endang Supriatna Anggota PGRI Kota dan Kabupaten Sukabumi

Oleh: Endang Supriatna, M.Pd
Dosen Prodi Ekonomi Universitas Linggabuana PGRI Sukabumi

Hari ini 25 November 2023, tepat 78 tahun yag lalu, lahir organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tepat 100 hari setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Semangat kemerdekaan mempelopori lahirnya organisasi PGRI yang memang saat itu didominasi oleh para pejuang kemerdekaan yang ikut juga berperan sebagai guru.

Bacaan Lainnya

Jenderal Besar Soedirman merupakan salah tokoh pejuang kemerdekaan yang juga merupakan seorang guru, beliau salah satu contoh bentuk perjuangan guru yang berani mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa sekalipun, tidak hanya untuk peserta didiknya tapi juga untuk agama dan negaranya.

Dari Jenderal Besar Soedirman kita belajar bahwa tugas seorang guru itu tidak hanya mengajar dan mencerdaskan kehidupan bangsa, apalagi era digital seperti sekarang di mana siswa-siswi bisa belajar di manapun dan kapan pun tidak terbatas waktu dan tempat hanya di sekolah saja, akan tetapi lebih daripada itu tugas guru harus bisa mendidik dan mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berguna tidak hanya bagi pribadi tapi juga bagi lingkungan sekitar, negara dan agama, menjadikan siswa – siswi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Tugas guru itu tidak mudah, akan tetapi apabila dilaksanakan dengan penuh dedikasi, kesabaran dan keikhlasan yang tinggi, insyaallah membawa keberkahan, tidak hanya bagi diri pribadi guru tersebut tapi juga bagi lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Maka ada yang mengartikan guru itu kepanjangan dari diguGU dan ditiRU, sehingga setiap pola tingkah lakunya akan menjadi cerminan dari siswa-siswinya, hal ini yang menjadikan seorang guru harus selalu ingat akan tugas dan tanggung jawabnya terhadap siswa-siswinya tidak hanya mentransfer ilmunya, tapi mentransfer sikap dan perilaku yang positifnya, untuk terus bersikap sebaik mungkin baik ketika di hadapan siswa-siswinya (lingkungan sekolah) maupun di luar lingkungan sekolahnya.

Ketika siswa-siswi melakukan kesalahan atau kenakalan remaja dilingkungan sekolah, seorang guru jangan dulu menyalahkan siswa-siswinya tapi introspeksi dulu perilaku gurunya sudah baik atau belum, maka kesadaran ini mutlak diperlukan bagi setiap guru supaya menjaga kondusifitas dilingkungan sekolahnya, maka tidak heran ketika banyak sekolah yang bermasalah terhadap kenakalan siswa-siswinya biasanya ada masalah juga dengan gurunya atau mungkin dengan tenaga kependidikannya, maka istilah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”  itu benar adanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *