Aku Pencipta Hoax Terbaik

JAKARTA– Aktivis perempuan senior, Ratna Sarumpaet, mengaku terjebak dalam kebohongannya sendiri. Akibatnya, kabar penganiayaan terhadap dirinya menjadi isu publik dan keburu menuai simpati banyak orang. Ratna akui foto lebam-lebam di wajahnya yang beredar di media sosial bukan akibat pengeroyokan, melainkan bedah sedot lemak.

Awalnya karena ingin menutupi perihal bedah itu kepada anak-anaknya, tetapi menjadi kebohongan yang terus menerus. Bahkan, kebohongan itu diteruskan ke para rekan-rekan politiknya, termasuk Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto; Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon; dan semua orang yang peduli kepadanya.

Bacaan Lainnya

“Saya enggak tahu kenapa, saya enggak tahu membayangkan terjebak pada ide itu,” akunya dalam konferensi pers di kediamannya, Jalan Kampung Melayu Kecil V nomor 24, Jakarta Selatan, Rabu (3/10).

Dipastikannya, kebohongan itu tidak untuk memojokkan pihak lain atau berkaitan agenda politik tertentu. Kebohongan itu murni bertujuan menutupi rasa malu akibat kebodohan yang telah dilakukannya. “Aku pencipta hoax terbaik,” lanjut Ratna.

Ratna tidak menyangka berita pengeroyokan terhadap dirinya akan menghebohkan publik. Ratna meminta maaf pada semua pihak yang dibohonginya. Termasuk kepada Prabowo yang selama ini sudah membela karena percaya kepada kebohongan tersebut.

“Aku juga minta maaf kepada semua pihak, yang terkena dampak dari apa yang saya lakukan,” ujarnya.

Ditempat terpisah, Pengamat politik dan hukum dari The Indonesian Reform, Martimus Amin mengecam tindakan Ratna itu sungguh memalukan dan mencoreng nama baik segenap pihak serta aktifis Prodem yang membelanya secara tulus demi menyelamatkan demokrasi.

“Tetapi apa lacur ternyata apa yang menimpa Ratna hanya dramatisasi, sehingga menyeret banyak ‘korban’ atas kebohongannya,” ujar Martimus.

Ia pun ikut mempertanyakan motif Ratna berbuat drama seperti itu. “Untuk apa ia lakukan drama ini? Operasi untuk menjatuhkan kepercayaan publik terhadap pasangan capres dan wapres tertentukah? Atau sekedar mencari sensasi dan publisitas?” kata Martimus.

Namun yang jelas, tegas Martimus, tindakan Ratna sangat konyol dan memalukan. “Selain minta maaf, maka secara pertanggungjawaban morilnya, semestinya juga ia juga mundur dari timses paslon yang didukungnya,” desak Martimus.

 

(wid)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *