Granul Biolarvasida Ekstrak Culantro: Inovasi Karya Mahasiswa Kimia UMMI Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit DBD

Granul Biolarvasida Ekstrak Culantro
Granul Biolarvasida Ekstrak Culantro

SUKABUMI – Tiga Mahasiswa program studi kimia Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) yang terhimpun dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Eksakta (PKM-RE) membuat inovasi pembuatan granul biolarvasida ekstrak culantro sebagai upaya pencegahan penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Tiga mahasiswa tersebut adalah Sri Ayu Winarti, Eva Fauziah, dan Zulfaini Tri Astuti, dengan Lela Lailatul Khumaisah, M.Si selaku dosen pendamping, penelian ini memperoleh pendanaan dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek).

Bacaan Lainnya

Pembuatan granul ini memanfaatkan salah satu tumbuhan obat keluarga (TOGA) yakni ekstrak culantro (Eryngium foetidum) yang efektif dalam mematikan larva Aedes aegypti.

Pembuatan granul ini dilatarbelakangi oleh tingginya kasus DBD di Indonesia khususnya kota Sukabumi. Berdasarkan data pada Januari sampai dengan Mei 2023, sebanyak 129 kasus DBD terjadi di kota Sukabumi, dan pada skala nasional, terdapat 42.690 kasus DBD yang terhitung sejak Januari hingga Juli 2023.

Tak hanya itu, masih rendahnya angka bebas jentik (ABJ) di Indonesia yang saat ini belum mencapai 95% juga menjadi salah satu faktor inovasi ini dilakukan.

Selain itu, inovasi ini mendukung program pemerintah dalam upaya pencegahan DBD di Indonesia yang menerapkan gerakan 3MPlus termasuk penggunaan larvasida sintetik dengan bahan aktif temefos.

Namun, penggunaan larvasida dengan bahan aktif temefos dalam jangka panjang dapat menyebabkan keracunan dan resistensi serangga target yang dipengaruhi oleh frekuensi dan durasi penggunaannya.

Oleh karena itu, produk ini hadir sebagai solusi alternatif dalam upaya pencegahan DBD dengan bahan yang lebih aman begi kesehatan dan tidak menimbulkan resistensi.

Granul-Biolarvasida-Ekstrak-CulantroProduk dari granul ini memiliki keunggulan tersendiri diantaranya adalah menggunakan bahan aktif yang ramah lingkungan, aman bagi kesehatan, dan tidak menimbulkan resistensi.

Tak hanya itu, inovasi ini juga berpotensi meningkatkan pemanfaatan TOGA yang sebelumnya tidak dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga sumber daya alam yang ada termanfaatkan dengan baik dan tidak terbuang sia-sia.

Melalui pengujian secara in-vitro dan in-silico, produk granul ini menunjukkan bahwa efektivitasnya masih di bawah temefos mengacu pada uji in-vitro.

Akan tetapi, berdasarkan hasil uji secara in-silico, granul ini memiliki aktivitas lebih tinggi daripada temefos.

Berdasarkan hal itu, diperlukannya pengembangan lebih terhadap formulasi granul sehingga granul ekstrak culantro ini memiliki potensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan temefos dalam pencegahan DBD dengan memberantas larva Ae. aegypti.(adv/wdy)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *