Kemenag akan Kembangkan Computational Thinking di Pesantren

SILATURAHMI: Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani saat menghadiri agenda silaturahmi bersama Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj di Pondok Pesantren Al Tsaqafah, Selasa (17/11). (ist)

SUKABUMI – Tidak hanya di madrasah, Kementerian Agama (Kemenag) juga akan mengembangkan Computational Thinking (CT) di pesantren. Computational Thinking (CT) adalah proses berfikir untuk memformulasikan persoalan dan solusinya secara efektif, efisien, dan optimum.

Hal ini disampaikan oleh Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani. Menurutnya, penerapan CT pada pesantren di Indonesia dapat segera direalisasikan. Kekuatan masa depan berada pada kekuatan teknologi digital. Oleh sebab itu para santri harus menguasai teknologi digital.

Bacaan Lainnya

“Kita sedang mengembangkan injeksi computational thinking untuk siswa madrasah, membiasakan siswa-siswa mulai dari madrasah ibtidaiyah dengan logika komputasi. Ke depan juga hal sama perlu dilakukan di pesantren,” ujar Muhammad Ali Ramdhani, saat menghadiri agenda silaturahmi bersama Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj di Pondok Pesantren Al Tsaqafah, Selasa (17/11).

Dilansir dari kemenag.go.id, guru besar teknologi informasi yang biasa disapa Dhani ini melanjutkan, computational thinking adalah bagian penting dari proses adaptasi, untuk menghadirkan anak zaman, menjadi anak dari sebuah dinamika zaman. Mereka adalah generasi yang beribukan waktu, berayahkan zaman, menari bersama zaman untuk menarikan zaman.

“Karena hidup kita bukan pada masa lalu, hidup kita pada masa sekarang dan masa depan. Dan orang yang piawai membaca masa depan dengan baik adalah orang yang akan menjadi pemilik masa depan,” tutup Dhani.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Tsaqafah, KH. Said Aqil Siradj juga menyambut baik formulasi computational thinking bagi siswa pesantren dan madrasah yang diinisiasi oleh Dirjen Pendis.

“Islam bukan hanya teologi dan ibadah, tetapi juga agama hadlarah dan tsaqafah dan hidup ini harus dinamis, tidak boleh puas dengan apa yang baru kita capai sekarang dan tidak boleh minder. Dan pasti kita bisa beradaptasi dengan computational thinking, karena ini adalah kunci untuk menguasai masa depan,” tandasnya. (*/sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *