Dukung Transisi Energi Rendah Karbon, PLN Luncurkan Laporan TCFD

Pembangkit energi baru terbarukan (EBT), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kapasitas total 10 MW (4x2,5 MW) dan menjadi tulang punggung kebutuhan energi listrik pada sistem interkoneksi Manggarai yang terbentang dari Labuan Bajo, Ruteng hingga ke Ulumbu.  (PLN)
Pembangkit energi baru terbarukan (EBT), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kapasitas total 10 MW (4x2,5 MW) dan menjadi tulang punggung kebutuhan energi listrik pada sistem interkoneksi Manggarai yang terbentang dari Labuan Bajo, Ruteng hingga ke Ulumbu.  (PLN)

JAKARTA — Dukung Transisi Energi Rendah Karbon, PT PLN (Persero) meluncurkan laporan pertama bertajuk Task Force on Climate-Related Financial Disclosures (TCFD) untuk mendukung transisi energi rendah karbon.

Laporan TCFD berisi informasi penting tentang tata kelola, strategi hingga manajemen risiko yang berkaitan dengan dampak perubahan iklim terhadap bisnis PLN. Laporan itu juga mencakup roadmap dan strategi PLN untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

Bacaan Lainnya

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan PLN berkomitmen penuh mewujudkan visi Pemerintah Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK).

Melalui laporan TCFD tersebut, PLN ingin meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan risiko dan identifikasi peluang yang berkaitan dengan perubahan iklim.

“Kami berkeyakinan akan mencapai NZE di sektor listrik pada tahun 2060. Secara rinci kami telah merancang tahapan transisi energi yang komprehensif serta membuka peluang kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan,” ujar Darmawan.

Dalam menjalankan transisi energi, PLN juga telah melakukan studi terkait kerentanan transisi energi menggunakan dua skenario iklim, yaitu representative concentration pathway (RCP) 4.5 dan RCP 8.5, yang memaparkan dampaknya terhadap permintaan listrik, ketersediaan air untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), efisiensi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG),serta kinerja panel surya photovoltaik (PV).

PLN menyebut berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL), emisi GRK ditargetkan turun sebesar 98 juta ton CO2e pada 2030 dibandingkan dengan skenario business as usual. Sejalan dengan itu, intensitas emisi GRK juga ditargetkan menurun hingga 15,7 persen.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *