April Harga Bapokting Naik, Picu Inflasi Kota Sukabumi

Asisten Daerah II, Bidang Pembangunan dan Perekonomian Pemkot Sukabumi Cecep Mansur

CIKOLE- Kota Sukabumi alami inflasi sebesar 0,30 persen pada bulan april 2021, dengan Indek Harga Konsumen (IHK) mencapai 106.51.

“Berdasarkan catatan, nilai inflasi Kota Sukabumi pada bulan april kemarin mencapai 0,30 persen,”ujar salah seorang anggota Tim Pengendalian Inflasi daerah (TPID) Kota Sukabumi, Cecep Mansur.

Bacaan Lainnya

Cecep mengungkapkan, inflasi terjadi disebabkan adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya harga beberapa kelompok pengeluaran.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, kata Cecep, kelompok pengeluaran itu yaitu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,90 persen, kemudian kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,19 persen, dilanjut dengan perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencapai 0,07 persen.

Kemudian lanjut cecep, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,06 persen, kemlompok kesehatan sebesar 0,11 persen, dan terakhir kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,32 persen.

“Untuk kelompok lainya, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa alami deflasi,”terang Cecep yang juga menjabat sebagai Asisten Daerah (Assda) II, Bidang Pembangunan dan Perekonomian Pemkot Sukabumi.

Cecep, perkembangan harga komoditas di bulan april 2021 tersebut, secara umum alami kenaikan. Terutama bahan pokok Penting (Bapokting) yang ditemukan hampir di semua Pasar tradisional maupun modern. “Di bulan april itu semua kebutuhan komoditas menunjukan naik harga,”katanya.

Sementara tingkat inflasi tahun kalender april 2021 sebesar 0,81 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (april 2021 terhadap april 2020 sebesar 1,61 persen.

Untuk itu kata Cecep, pihaknya akan terus melakukan analisa terhadap sumber atau potensi tekanan, serta melakukan inventarisasi data dan informasi perkembangan harga barang dan jasa secara umum, melalui pengamatan terhadap perkembangan inflasi di daerah.

“Termasuk menganalisis stabilitas permasalahan perekonomian daerah, yang dapat mengganggu stabilitas harga dan keterjangkaun barang dan jasa,”pungkasnya. (bal)

Pos terkait