Menurut Survei, Mom Shaming 72,65 persen Dialami Masyarakat Indonesia

Mom shaming
Ilustrasi Mom shaming

 Yogyakarta – Pembahasan mengenai working mom dan stay at home mom sudah menjadi hal yang sering dibahas sejak lama, 11 Mei 2023.  Namun, akhir-akhir ini isu tersebut kembali diperbincangkan setelah opini dari salah satu pengguna Twitter @tweetsbyfarah yang menarik perhatian publik dan mengundang berbagai pendapat baik pro maupun kontra.

Ibu yang bekerja masih memiliki penilaian negatif karena dianggap mengabaikan anaknya. Beberapa orang berpendapat jika anak sebaiknya diasuh langsung oleh ibu juga ayahnya, sehingga menjadi ibu rumah tangga merupakan pilihan yang sesuai agar anak dapat tumbuh dengan baik.

Bacaan Lainnya

Namun, sebagian lagi berpendapat jika anak dari ibu yang bekerja juga dapat tumbuh dengan baik. Bahkan terdapat beberapa pendapat dari netizen yang mengaku dibesarkan oleh orang lain karena ibunya bekerja, dan ia masih dapat tumbuh sehat baik fisik maupun psikis.

Isu mengenai pilihan seorang ibu bekerja atau ibu rumah tangga memiliki keterkaitan dengan pembahasan pilihan parenting.

Karenanya terkadang terdapat beberapa pendapat yang menilai cara parenting yang dianggap kurang benar dan menjurus kepada mom shaming. Seperti pendapat mengenai tumbuh kembang anak, makanan yang diberikan, kebiasaan, disiplin, dan lainnya.

Mengutip dari survei yang dilakukan oleh Jakpat pada tahun 2018 mengenai Mom-shaming: Perspective of Mothers dijelaskan dari 574 responden sebanyak 72,65% mengatakan mom-shaming terjadi dengan berbicara langsung kepadanya secara pribadi.

Selain itu, sebanyak 64,49% responden yang pernah mengalami mom-shaming dari media sosial dilaporkan mengurangi frekuensi postingan mereka di media sosial.

Survei dibagikan kepada 653 ibu responden dan disaring untuk mencari ibu yang sudah memiliki anak. Dan ada 574 responden yang memenuhi persyaratan survei.

Selain terjadi melalui media sosial, bahkan mom-shaming juga terjadi secara langsung di lingkungan sekitar.

Para responden mengakui jika mereka pernah mengalami mom-shaming dalam beberapa hal, paling sering dari teman dan orang tua mereka.

Meskipun begitu, lebih dari separuh ibu yang dikritik mengatakan bahwa mom-shaming mendorong mereka untuk proaktif dalam mencari informasi parenting dan mereka juga tidak terpengaruh oleh kritik yang diterima.

Berbagai situasi yang dialami oleh seorang working mom maupun stay at home mom ini, tampaknya menjadi inspirasi banyak penulis untuk mengembangkan sebuah cerita tentang apa saja yang dihadapi oleh seorang ibu dengan berbagai situasi.

Contohnya di Cabaca, platform baca dan menulis digital ini menyajikan berbagai cerita dengan tokoh seorang working mom maupun mom-shaming.

Sebut saja buku Ndoro Ajeng karya Searth yang sudah dibaca hingga lebih dari 19.310 pembaca ini bercerita mengenai mom-shaming, yaitu kisah Nadia yang dirinya kini langsung menjadi seorang ibu, setelah menikah dengan Dama, duda dengan anak satu yang mapan dan dihormati di desanya.

Kita akan dibawa pada kisah bagaimana Nadia yang begitu mencintai Dama, dan Dama yang perasaannya masih terikat pada masa lalu.

Ada juga buku Dangerous Affair karya Jokris1510 yang sudah dibaca hingga lebih dari 21.450 pembaca ini menceritakan seorang working mom, Naora Delmar yang harus menerima kenyataan jika suaminya sudah lama berselingkuh dengan asisten pribadinya.

Sebagai seorang wanita, Naora sangat hancur. Namun sebagai seorang ibu dia harus mempertahankan rumah tangganya demi sang anak.

Selain itu ada juga buku lainnya yang membahas mengenai stay at home mom, seperti All the Things You’ve Sacrificed karya Auliamusla dan Unexpected to be Mom karya Freyay.

Sedangkan kisah lainnya dengan latar belakang working mom terdapat buku Rewrite karya Akhtarara, lalu The Marriage Rescue karya Irma Syarief, My Arcy Mommy karya Awindsari, hingga Come Back Home karya Pingumerah.

Seperti yang dikatakan oleh Fatimah Azzahrah, Co-Founder Cabaca, “Kalau dulu yang diperjuangkan adalah emansipasi dan itu terlihat dalam novel dan produk sastra lainnya ya, nah sekarang setelah perempuan lebih maju, tentu tantangannya jadi berbeda.

Perempuan sekarang terus berusaha mencari cara agar tetap menjaga keluarga dan anak-anaknya tetapi sekaligus mengaktualisasikan dirinya. Itulah yang banyak terlihat dalam novel tentang perempuan yang menjadi ibu bekerja saat ini,” ungkapnya saat diwawancarai secara daring pada (10/05/2022).

Pembahasan mengenai working mom dan stay at home mom tampaknya akan menjadi isu yang selalu dibahas dan mengundang berbagai perbedaan pendapat.

Karena pilihan hingga konsep parenting baik dari ibu bekerja maupun ibu rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar belakang pekerjaan, kondisi keluarga, hingga pengaruh lingkungan juga dapat mempengaruhi keputusan. Ini yang membuat pilihan yang diambil menurut versi masing-masing akan berbeda dan kita tidak dapat memberikan pembenaran atau menyamaratakan pilihan setiap orang. (cabaca.id)

Pos terkait