APBN Surplus Rp 103 T, Pembiayaan Utang Turun

TEBAR OPTIMISME: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati didampingi beberapa pejabat Kemenkeu menyampaikan keterangan pers kinerja APBN di kantor Kemenkeu, Jakarta, kemarin (23/5). Ist

JAKARTA – Kinerja anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) kembali mendapat angin segar. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menuturkan, hingga April 2022, APBN mencatat surplus besar. Yakni, Rp 103,1 triliun. Padahal, pada April tahun lalu, APBN masih defisit Rp 138,2 triliun.

Menkeu mengatakan, surplus terjadi karena realisasi pendapatan negara lebih tinggi daripada belanja pemerintah. Kemenkeu mencatat, pundi-pundi pendapatan negara mencapai Rp 853,9 triliun hingga akhir April 2022.

Sementara itu, belanja negara tercatat Rp 750,5 triliun. Dengan raihan tersebut, APBN sudah empat bulan beruntun mencatat surplus.

’’Postur APBN sampai akhir April surplus sangat besar, dari keseimbangan primer dan total balance-nya,’’ ujarnya pada konferensi pers, Senin (23/5).

Pendapatan negara yang moncer itu disumbang dari penerimaan pajak sebesar Rp 567,7 triliun, bea cukai Rp 108,4 triliun, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp 177,4 triliun.

Ani –sapaan Menkeu– menjelaskan bahwa penerimaan pajak yang melonjak itu dipicu beberapa aspek. Yang paling berpengaruh, antara lain, pergerakan harga komoditas yang terus melambung serta dorongan pemulihan ekonomi yang terus berjalan.

Sementara itu, belanja negara ditopang belanja pemerintah pusat sebesar Rp 508 triliun. Meliputi belanja KL (kementerian-lembaga) Rp 253,6 triliun dan non-KL Rp 254,4 triliun. Komponen terbesar adalah subsidi energi Rp 46,4 triliun serta kompensasi BBM dan listrik Rp 18,5 triliun. Untuk transfer ke daerah dan dana desa, terealisasi Rp 242,4 triliun.

Menkeu melanjutkan, keseimbangan primer pada April 2022 berada pada level positif, yakni Rp 220,9 triliun. “Keseimbangan primernya positif nggak kecil, tetapi gede banget,” imbuhnya.

APBN tercatat surplus 0,58 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Sebagai konsekuensinya, pembiayaan anggaran jadi drop hanya terealisasi Rp 142,7 triliun.

Pembiayaan APBN melalui utang pun turun drastis. Pada April 2022, realisasi pembiayaan utang mencapai Rp 155,9 triliun. Jumlah itu turun signifikan dibandingkan April 2021 yang mencapai Rp 414,9 triliun. Ani menyebut kondisi itu menggambarkan bahwa APBN mulai terkonsolidasi atau kembali pulih.

“Ini adalah suatu prestasi konsolidasi APBN yang sangat baik. Tentu kita menggunakan seluruh surplus ini seperti yang kita sampaikan di DPR kemarin adalah untuk menjadi shock absorber dari guncangan yang terjadi sekarang ini,” jelas mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.

Sejalan dengan itu, Ani menyebut pemulihan ekonomi terus berlanjut. Hal itu tecermin dari berbagai aktivitas ekonomi yang kini kembali normal di sejumlah wilayah. “Kegiatan-kegiatan di daerah sudah mulai normalize. Hotel mulai pulih, parkir mulai pulih, restoran mulai pulih,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen Pengelolaan, Pembiayaan, dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman menambahkan, dengan defisit yang rendah itu, pemerintah tidak merealisasikan rencana penerbitan utang hingga Rp 100 triliun. Itu didapat karena defisit APBN 2022 diproyeksi lebih rendah, yakni dari 4,8 persen menjadi 4,5 persen terhadap PDB.

“Dengan defisit lebih rendah, saat ini sudah memotong proyeksi pembiayaan utang hingga Rp 100 triliun,” jelas Luky. (dee/c7/oni)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *