Puluhan Warga Penyintas Gempa Cianjur di Desa Titisan Sukalarang Sukabumi Terserang Penyakit Menular

Bencana Gempa Sukabumi
MEMPRIHATINKAN : Sejumlah warga terdampak gempa bumi saat tinggal di posko pengungsian, tepatnya di Kampung Gedurrahayu, RW 10, Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang.(FOTO : DENDI/RADAR SUKABUMI)

SUKABUMI — Puluhan warga yang terdampak bencana gempa bumi yang kini tinggal di tenda pengungsian di wilayah Kampung Gedurrahayu, RW 10, Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, mulai terserang penyakit menular. Seperti batuk, filek dan demam serta hipertensi.

Camat Sukalarang, Riza Nugraha Yudanegara kepada Radar Sukabumi menjelaskan, saat ini jumlah total warga terdampak gempa bumi di wilayah Desa Titisan ini, ada sekitar 358 jiwa. Dari ratusan jiwa ini, terdapat puluhan pengungsi yang terserang penyakit.

Bacaan Lainnya

“Kalau untuk jumlah pengungsi itu, di Desa Titisan paling banyak ada sekitar 358 jiwa. Namun, untuk jumlah keseluruhan masih dinamis, karena tidak sedikit warga di daerah lain yang sudah masuk ke rumahnya dari semula yang tinggal ditenda pengungsian,” kata Riza Nugraha Yudanegara kepada Radar Sukabumi pada Rabu (07/12).

Lebih lanjut Riza mengjelaskan, berdasarkan pendataan sementara, saat ini terdapat sekitar 50 sampai 60 warga terdampak bencana gempa bumi yang masih tinggal di tenda pengungsian, tepatnya di wilayah Kampung Gedurrahayu, RW 10, Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang yang terserang penyakit batuk, filek dan demam serta hipertensi tersebut.

“Jumlahnya ada dari 50 sampai 60 orang dan ini memang bervariasi waraga yang terserang penyakit di tenda pengungsian itu. Hanya saja, untuk penyakit batuk dan filek kebanyakan menyerang anak-anak. Sementara, untuk kalangan lansia mayoritas jenis penyakitnya adalah hipertensi,” ujarnya.

Puluhan warga yang terserang penyakit tersebut ini, telah terjadi karena faktor cuaca ekstrim. Terlebih lagi, saat ini
mereka tinggal di tenda pengungsian. Sehingga hembusan angin dapat masuk secara bebas ke tenda hingga terjangkit penyakti batuk, filek dan demam serta hipertensi.

“Jadi, batuk dan filek ini, saat menyerang satu orang, pasti cepat menyebar karena mereka ini tinggalnya berkerumun di tenda pengungsian itu. Nah, kami juga sering memberikan pemahaman pada warga yang sudah bisa kembali lagi ke rumahnya, tapi sebagian lagi ada yang masih tetap bertahan di tenda pengungsian, terutama saat tidur malam. Iya, kami juga tidak bisa menyalahkan dan memaksa mereka yah,”paparnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *