Mengulas Sejarah Erupsi Gunung Gede, Tertidur 66 Tahun Sejak Letusan Terakhir 1957

Gunung Gede diketahui mengalami erupsi sebanyak 27 kali, dari tahun 1747 hingga letusan terakhir 1957. Indeks skala letusannya rata-rata VEI 2 sementara letusan VEI 3 tercatat pada tahun 1747 – 1748, 1832, 1840 dan 1853.
Gunung Gede diketahui mengalami erupsi sebanyak 27 kali, dari tahun 1747 hingga letusan terakhir 1957. Indeks skala letusannya rata-rata VEI 2 sementara letusan VEI 3 tercatat pada tahun 1747 – 1748, 1832, 1840 dan 1853. (Foto dok : KITLV Circa 1930))

SUKABUMI — Aktifitas beberapa gunung di Jawa Barat kembali disorot seiring dengan banyaknya gempa bumi baru-baru ini. Ya sejarah Gunung Salak dan Gunung Gede memang menjadi perhatian serius, pasalnya keduanya merupakan gunung yang bersatus aktif tipe A yang memiliki kawah.

Berdasarkan catatan yang dinukil magma.esdm.go.id disebutkan, saat erupsi gunung api gede memaksa perpindahan Ibu Kota Priangan dari Cianjur ke wilayah Bandung.

Bacaan Lainnya

Diketahui, gunung Gede mempunyai beberapa kawah, Gumuruh, Gedeh, Sela, Lanang, Wadon, Baru dan Kawah Ratu sebagai kawah utama. Pada bagian barat dan utara, gunung ini dibatasi oleh Gunung Pangrango.

Gunung Gede diketahui mengalami erupsi sebanyak 27 kali, dari tahun 1747 hingga letusan terakhir 1957. Indeks skala letusannya rata-rata VEI 2 sementara letusan VEI 3 tercatat pada tahun 1747 – 1748, 1832, 1840 dan 1853 hal tersebut tercatat pada artikel volcano.si.edu.

Letusan terakhir, pada tahun 1957 terlihat jelas ketika Awan asap raksasa membumbung dari dalam kawah, hingga terlihat dari Bogor dan menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00 WIB, hujan abu berwarna kehitam-hitaman digerakkan angin ke arah Batavia (Jakarta saat ini).

Letusan tersebut terjadi pada tanggal 12 November pukul 03:00 WIB dinihari dengan semburan lava pijar mencapai 50 meter di atas kawah, disertai suara gemuruh dan guncangan hebat yang membangunkan masyarakat di sekitar gunung yang sedang tertidur pulas.

Bebatuan membara turut dilontarkan dari kawah dengan kolom letusan hitam membawa hujan abu hingga daerah Bogor. Tidak berhenti, letusan kembali terjadi pada tanggal 22 November, pukul 01.00 WIB, bumi kembali berguncang dan terdengar surara keras diikuti kepulan asap dan bongkah puing lava yang dimuntahkan.

Kemudian pada 1 Desember pukul 06.00 WIB pagi terdengar suara menggelegar, tiang api mencapai 200 meter diatas kawah, kolom asap letusannya mencapai ketinggian 2000 meter diatas puncak gunung. Erupsi berlanjut hingga 3 Desember, pukul 18.00 WIB sore dan 11 Desember pukul 02.00 WIB disertai hujan abu.

Enam tahun sebelum letusan besar 1840, Cianjur dilanda Gempa pada 10 Oktober 1834 hal tersebut tercatat dalam Katalog Gempabumi Merusak di Indonesia Tahun 1612-2014, gempa berkekuatan VIII-IX MMI yang terjadi di Bogor-Cianjur ini menyebabkan kerusakan bangunan dan retakan jalan di antara Bogor-Cianjur.

Gempa terjadi lagi pada 15 Februari 1844 di Cianjur dengan skala VII-VIII MMI. Melihat dari dampaknya kemungkinan sumber 2 gempa merusak tersebut dari sesar aktif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *