Cowok di Cianjur Bakar Pacarnya karena Masih Ingin Berpacaran

Korban ID saat mendapat perawatan di Puskesmas Cidaun, Kabupaten Cianjur, usai dibakar pacar hidup-hidup, Sabtu (1/5/2021) malam. Foto: Sumeks.co

CIANJUR, RADARSUKABUMI.com – Jalinan asmara pasangan asal Kecamatan Cidaun berujung tragis. Sang cowok berinisial DB (23) tega menyiram kekasihnya sendiri ID (22) dengan bensin lalu membakarnya. DB naik pitam lantaran menolak keputusan ID yang ingin mengakhiri hubungan mereka.

Kejadian itu terjadi di akhir pekan pada Sabtu (1/5) di Kampung Kertajadi, Desa Kertajadi Kecamatan Cidaun. ID (22) yang berasal dari Kampung Puncak Bayuning Desa Karangwangi Kecamatan Cidaun pun menderita luka bakar cukup serius.

Kapolsek Cidaun, AKP Mardi Sumardi membenarkan kejadian tersebut. Dari informasi yang terhimpun, memang keduanya sedang tidak harmonis dan korban meminta putus.

“Namun pacarnya tidak terima (diputusin). Akhirnya ID disiram pakai bensin dan dibakar sehingga seluruh tubuhnya melepuh hingga 80 persen,” ujarnya.

Indah yang mengalami luka bakar langsung dibawa ke Puskesmas Cidaun untuk mendapatkan penanganan. Namun karena luka bakarnya cukup parah, akhirnya dirujuk ke Rumah sakit Hasan Sadikin Bandung.

“Sementara pelaku masih dalam pengejaran polisi,” ungkapnya.

Kasus pembakaran seorang kekasih di Kecamatan Cidaun cukup menyita perhatian masyarakat. Pasalnya, orang yang disayangi tega menganiaya hingga mengancam keselamatan nyawanya. Psikolog, Retno Lelyani Dewi menjelaskan, kasus penganiayaan tersebut belum bisa dipastikan masalah dari kejiwaan. Karena jika tidak ditelusuri terlebih dahulu, tersangka tidak akan bisa diproses secara hukum.

“Harus didalami dulu, karena permasalahan kejiwaan atau gangguan kejiwaan tidak bisa dikatakan begitu saja dalam setiap tindakan kriminal. Sehingga harus didalami,” ujarnya.

Lanjutnya, memang terkadang gejala atau faktor kekerasan itu lebih mirip dengan gangguan kepribadian. Seperti permasalahan cinta remaja di Cidaun ini. Bisa jadi ada pengaruh dari pola kepribadian dalam kesehariannya yang mendorong untuk berbuat tindakan penganiayaan.

“Biasanya ada faktor pencetus atau pemicu, harus dicari. Jika ada permasalahan kejiwaan, harus ditangani dulu,” jelasnya.

Namun, rata-rata kasus kriminal kebanyakan memang disadari oleh para tersangka, untuk dasar karena gangguan kejiwaan atau masalah kejiwaan tidak terlalu mencolok.

“Kalau kasus kejiwaan tidak terlalu mencolok, rata-rata murni kriminalitas atau si pelakunya itu normal dan hanya dalam kondisi emosi,” jelasnya.

(RC/izo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *