Banjir Rob di Sukabumi Bikin Porak Poranda

Gelombang Tinggi Sukabumi

SUKABUMI – Gelombang tinggi yang terjadi dalam tiga hari terakhir, membuat ratusan warung, bale dan sejumlah rumah rusak. Diketahui, terjang gelombang tinggi akibat pasang air laut menerjang pesisir pantai Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya.

Berdasarkan data dari Satuan Polisi Air dan Udara Polre Sukabumi, tiga lokasi pantai yang terdampak paling para dari terjangan gelombang tinggi pasang air laut yang terjadi dalam beberapa hari ini. Yakni pantai Cipatuguran, pantai Citepus, dan pantai Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap.

Bacaan Lainnya

Menurut Kasatpol Airud Polres Sukabumi AKPTenda Sukendar, di pantai Batu Bintang sampai Cipatuguran sebanyak kurang lebih 15 unit rumah dan warung rusak terdampak terjangan gelombang tinggi pasang air laut. Tidak hanya itu, 5 cafe juga rusak serta satu unit musola.

Sementara di pantai Citepus, Istana Presiden hingga pantai Citepus Muara, sekitar 30 warung rusak berat. Di pantai Kebon Kalapa sampai pantai Citepus Istiqomah, sebanyak 66 unit warung dan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan dengan berbagai kategori mulai dari ringan, sedang dan berat.

“Selanjutnya dari data sementara juga, di pangai Ujunggenteng kurang lebih 100 unit perahu rusak, dan 30 unit bangunan serta gudang nelayan juga rusak terdampak banjir rob ini,” ujar AKP Tenda, Rabu (13/3).

Sebagai upaya penanganan sementara, selain melakukan pendataan terhadap masyarakat pesisir pantai dan fasilitas
warung, rumah dan bale juga sejak kemarin sudah mengin- truksikan para personel Satpol Airud Polres Sukabumi melaksanakan himbauan.

“Jadi kami menghimbau masyarakat yang berada di sekitar pesisir pantai untuk tetap berhati-hati. Segera meninggalkan tempat apabila melihat tanda-tanda gelombang tinggi pasang air laut menerjang,” pintanya.

“Terlebih kepada masyarakat yang mempunyai balita, lanjut usia, perempuan untuk agar segera mengungsi ke rumah saudara terdekat yang lebih aman, atau jauh dari pesisir pantai,” imbuhnya.

AKP Tenda Sukendar juga meminta dan berharap kepada semua pihak baik jajaran Forkompimcam, Pemdes, OKP,
Ormas, para pemuda untuk bersama-sama ikut membantu peduli terhadap masyarakat pesisir pantai yang terkena dampak terjangan gelombang tinggi pasang air laut yang terjadi beberapa hari ini.

“Mari bersama sama kita bantu masyarakat, evakuasi barang barang yang masih bisa diselamatkan, sampai hari ini kami juga masih melaksanakan himbauan itu menggunakan megaphone,” tandasnya.

Sementara itu, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi mencatat sekitar 6 ribu nelayan terpaksa tak melaut karena dampak rob. Sekretaris HNSI Kabupaten Sukabumi, Sep Radi Priadika menyebut, anggota HNSI yang tersebar di seluruh Kabupaten Sukabumi adalah sebanyak 13 ribu orang. Jumlah itu tidak seluruhnya merupakan nelayan tangkap.

“Kan ada nelayan bakul, kalau seluruh 13 ribu orang, nelayan tangkap yang tidak melaut kurang lebih sekitar 6 ribuan nelayan. Kalau yang 100 persen tidak melaut, di wilayah Ujunggenteng ada 1500 nelayan lebih,” kata Radi.

Radi mengatakan, HNSI terbagi menjadi 34 rukun neayan di 9 pesisir. Ia juga menjelaskan panjang garis pantai di Kabupaten Sukabumi adalah 117 kilometer.

“Di Ujunggenteng sekitar 100 perahu nelayan rusak, kemudian di Tegalbuleud 16 perahu dan 17 perahu di Minajaya yang terdampak rob ini. Mereka yang tidak melaut memperbaiki perahu mereka yang mengalami kerusakan,” jelas Radi HNSI mengimbau nelayan di pesisir khususnya di Ujunggenteng untuk stop melaut, Radi juga menceritakan soal banyaknya perahu nelayan yang rusak.

“Kejadian bermula tanggal 11dan puncaknya di tanggal 12 tepatnya saat sahur pertama. Kenapa banyak nelayan yang kapalnya rusak, karena mereka sedang tidak melaut, mereka melaksanakan Ramadan pertama. karena sudah kebiasaan apabilamenghadapi1Ramadan tidak melaut. Saat perahunya tertambat terjadilah rob itu,” ungkap Radi.

Untuk mereka yang terdampak, kami akan berkoordinasi dengan pihak terkait Dinas Perikanan kemudian Dinas Sosial untuk mereka yang mengalami kerugian akibat perahu mereka rusak, karena itu satu-satunya alat mata pencaharian mereka,” sambungnya.

Untuk total kerugian terkini yang diderita nelayan, Radi menyebutangkaRp4,5miliar.“Total kerugian Rp 4,5 miliar, bukan hanya perahu banyak juga bangunan milik nelayan seperti di Ujunggenteng sampai 45 ban- gunan yang juga mengalami kerusakan,” kata Radi.(ndi/*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *