PGRI Waspadai LGBT Dikalangan Pelajar

SUKABUMI— Persoalan prilaku lesbian gay biseksual dan transgender (LGBT) terus menuai sorotan tajam dari sejumlah kalangan. Salah satunya disampaikan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Sukabumi, Dudung Nurullah Koswara.

Menurut dia, saat ini prilaku yang menyalahi kodratnya itu sudah masuk diranah para pelajar, bahkan dari pengamatannya, prilaku LGBT ini didasari beberapa faktor persoalan, seperti kebutuhan atau tuntutan gaya hidup yang memaksa para pelajar ini menyimpang.

Bacaan Lainnya

“Prilaku LGBT juga bisa terjadi karena kebutuhan gaya hidup. Sekarang era maya, era kafe, era kuliner, era kuota maka terutama anak remaja yang berada pada usia labil bisa terpengaruh LGBT demi kebutuhan HP, kuota dan kebutuhan gaul lainnya. Bisa terjadi anak remaja pelajar berani pura-pura mau digauli demi kebutuhan gaya hidupnya. Akhirnya dari pura-pura mau digauli menjadi biasa, terbiasa dan menganggap biasa dan akhirnya jadi konsumen bahkan produsen,” kata Dudung kepada Radar Sukabumi.

Namun sambung dia, prilaku LGBT ini bisa juga terjadi akibat kecelakaan. Misalnya, seorang remaja diperkosa atau dijebak seseorang dalam situasi yang terjepit, sehingga si korban terjebak dalam lingkaran gaya menyimpang LGBT. “Miris memang, saat ini penyakit LGBT sudah diiklankan bahkan menebar ‘teror’ di dunia maya dan media sosial lainnya. Kisah tertangkapnya farty LGBT di Cianjur menjelaskan LGBT sudah dihalaman rumah kita. Masuk lingkungan pergaulan anak-anak pelajar kita.” sambungnya.

Untuk itu, berbagai pencegahan dan solusi pun harus segera terbentuk, agar virus LGBT tidak terus menjalar. Adapun yang bisa dilakukan diantaranya dengan melakukan penguatan pendidikan informal (keluarga), menguatkan pendidikan di sekolah (formal) dan komitmen kolektif masyarakat untuk berhati-hati dan terjaga selalu dari bahaya LGBT. “Bila pendidikan di keluarga, sekolah dan masyarakat baik maka LGBT bisa diminimalisir atau dihindari. Pendidikan karakter dan moral di rumah, sekolah dan bahkan di masyarakat harus menjadi gerakan bersama dan sinergi semua pihak.

LGBT terjadi lebih karena kuatnya pengaruh lingkungan yang menyimpang,”terang Dudung yang merupakan salah seorang guru SMAN 1 Kota Sukabumi.
Kebudayaan menyimpang yang terus berkembang dan lemahnya pencegahan menjadi awal masuknya prilaku menyimpang tersebut. Para pendidik yang ada di rumah dan sekolah bahkan di masyarakat kurang faham dan tak punya cukup waktu berkaitan pencegahan LGBT.

“Remaja terpapar LGBT diantaranya karena kesalah orang-orang dewasa yang harus menjadikannya normal. Para guru, orangtua, ahli agama, psikolog dan tokoh masyarakat juga harus bertanggung jawab. Kalau sudah marak susah menyembuhkan,”pungkasnya. (*wh

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *