Info Lengkap Polri Gerebek 13 Teroris, 4 Mati

SURABAYA – Polri menjawab rangkaian bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya dengan serangkaian operasi penggerebekan terduga teroris. Didukung TNI, polisi melakukan penggerebekan serentak di Surabaya, Malang dan Sidoarjo, Senin (14/5) dini hari hingga siang.

Total, anak buah Jenderal Tito Karnavian menggerebek 13 terduga teroris. Sembilan orang ditangkap hidup-hidup, sedangkan empat lainnya tewas. Ada yang tewas karena tertembak. Ada pula yang terkena ledakan bom yang meledak sendiri.

Bacaan Lainnya

’’Per pukul 02.00 hingga 18.00 tanggal 14 Mei, kami telah menggeberek 13 orang. Sembilan hidup, empat lainnya meninggal dunia,’’ kata Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Frans Barung Mangera, kemarin.

Di Surabaya, tindakan tegas Polri itu berbarengan dengan serangan bom yang kemarin pagi kembali terjadi di Surabaya. Sasarannya adalah mapolrestabes. Pukul 08.50, lima orang yang merupakan satu keluarga dengan menggunakan dua sepeda motor berusaha menerobos masuk ke kompleks di Jl Sikatan No 1, Surabaya tersebut.

Saat dicegat petugas di pintu gerbang, mereka meledakkan bom yang dipasang di badan mereka. Ayah, ibu, dan dua anak tewas dalam kejadian itu. Anak pelaku yang masih berusia delapan tahun selamat meski mengalami luka yang cukup parah akibat terkena ledakan.

Dia diboncengkan ayahnya saat melakukan bom bunuh diri. Sepuluh polisi dan warga juga terluka akibat serangan tersebut. Beberapa saat setelah serangan itu, polisi mensterilkan kawasan Jembatan Merah Plaza (JMP) yang berdekatan dengan mapolrestabes. Yaitu, sepanjang Jalan Rajawali, Jalan Jembatan Merah, dan Jalan Karet. Diduga, ada pergerakan kelompok teroris di sana.

Sejak pukul 09.00, garis polisi dipasang di jalan-jalan tersebut. Warga sipil yang sudah berkegiatan di area Taman Sejarah dan Jembatan Merah digiring menjauhi lokasi penyergapan.

Tim gabungan kepolisian dan Densus 88 melakukan pengamanan karena diduga ada bom aktif di kantor Bank Mandiri yang berseberangan dengan Taman Sejarah.

Ketika itu, dua pria muda berkaus hitam dipaksa bertiarap oleh polisi karena menerobos masuk ke garis polisi. Mereka naik sepeda motor matik hitam ke arah Prima Master Bank di Jalan Jembatan Merah. Bangunan tersebut berada di samping kantor Bank Mandiri. Petugas mencurigai tas ransel dan gelagat mereka. ’’Motornya diberhentikan, dikunci, terus mereka mau lari. Langsung sama petugas ditodong senapan,’’ ungkap Muati, juru parkir di kawasan tersebut.

Warga di sana pun berlarian mengamankan diri. Sempat terdengar cekcok selama proses pengamanan sebelum akhirnya keduanya dibawa tim Densus 88. Situasi mencekam masih berlanjut. Seorang pria jangkung berkulit cokelat kembali disergap saat menjatuhkan tas hitam di sudut Jalan Karet. Dia bermaksud berjalan ke arah Jembatan Merah setelah menanggalkan tas tersebut.

’’Memang mencurigakan. Kalau orang normal, lihat suasana begini, pasti dia noleh kanan-kiri. Tadi dia kayak tatapannya kosong. Lurus saja sambil mau jalan,’’ tutur Supratman, salah seorang tukang becak yang biasa mangkal di sekitar lokasi.

Frans Barung menyatakan, tiga orang diamankan dari lokasi JMP. Mereka berinisial W, A, dan F. Namun, Frans belum berkenan memberikan informasi detail identitas ketiganya. Dari pemantauan sementara, tiga pria tersebut adalah terduga teroris. Namun, informasi itu masih harus terus dikonfirmasi lebih lanjut.

Setelah mereka diamankan tim gabungan, kondisi mulai pulih pukul 11.45. Jalan Rajawali kembali dibuka. Namun, Jalan Jembatan Merah masih disterilkan hingga sore untuk memaksimalkan penjagaan.

Satu penangkapan lain terjadi di kawasan Jl Ahmad Yani, Surabaya. Seorang karyawan swasta yang sedang menuju kantornya diamankan karena diduga terlibat dalam jaringan terorisme. Polisi jauh-jauh hari telah mengantongi data-data bahwa dia terkait dengan jaringan terorisme.

Sementara di Sidoarjo, penggerebekan dilakukan sejak dini hari kemarin. Yaitu, setelah terjadi ledakan di salah satu kamar di Rusunawa Wonocolo, Taman, Sidoarjo, Minggu malam. Tiga anggota keluarga terduga teroris meninggal dalam peristiwa tersebut.

Kamar di lantai 5 blok B itu dihuni enam orang. Yakni, Anton Ferdianto, 47 (kepala keluarga), dan Puspitasari, 47 (istri), beserta empat anak mereka. Keempatnya adalah Hilta Aulia Rahman, 17; Ainur Rahman, 15; Faizah Putri, 11; serta Garida Huda Akbar, 10. ’’Mereka satu keluarga,’’ kata Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin.

Puspitasari dan Hilta meninggal akibat ledakan, sedangkan Anton terluka. Ledakan itu tidak disengaja. Bom meledak sendiri.

Saat polisi datang ke kamar tersebut, hanya tiga orang yang masih berada di dalam. Ainur beserta dua adiknya sudah menyelamatkan diri. Anton masih hidup saat polisi datang. Namun, karena dia masih memegang detonator, polisi melakukan tindakan tegas.

Polisi tidak bisa langsung mengevakuasi ketiga jenazah. Sebab, di dalam ruangan masih ada bom aktif. Evakuasi baru dilakukan setelah tim Gegana datang dan melumpuhkan bom.

Dari pengungkapan di Rusunawa Wonocolo tersebut, Densus 88 lantas menyisir nama-nama yang dicurigai sebagai bagian dari jaringan itu. Operasi dilanjutkan di Puri Maharani Sukodono dan Uranggaung.

Dalam operasi di Puri Maharani, terduga teroris Budhi Satrijo, 48, ditembak mati oleh anggota Densus 88. Penggerebekan itu dilakukan beberapa saat setelah Budhi pulang dari mengantar istrinya bekerja. ’’Tadi dia keluar mengantarkan istrinya sekitar pukul 05.30. Setelah pulang, ada tim Densus ke sini,’’ ungkap Sigit Priyadi, tetangga Budhi.

Sementara itu, dalam penggerebekan di Urangagung, polisi mengamankan empat orang. Mereka adalah Agus Widodo, Ilham, Betty Rienawati Brojo, dan Damayanti. Keempatnya mengontrak sebuah rumah di tengah perkampungan. Betty dan Agus disebut sebagai pasangan suami istri. Dua nama lainnya merupakan kawan keduanya. Mereka semua warga luar Sidoarjo. Menurut informasi, Betty sedang hamil muda.

Di Urangagung, aparat juga menemukan bom rakitan. ’’Ada satu bom yang kami temukan dan sudah diledakkan tim penjinak bom di TKP,’’ jelas Kapolresta Sidoarjo Kombespol Himawan Bayu Aji.

Bom yang ditemukan itu berjenis bom pipa. Isinya enam pipa yang dirangkai menjadi satu. Selain bom rakitan, polisi menemukan bahan-bahan untuk membuat bom. Ditemukan pula beberapa anak panah serta buku panduan merakit bom. Barang-barang tersebut langsung diamankan polisi. ’’Kami masih terus melakukan penyelidikan terkait dengan pengamanan beberapa orang ini. Yang jelas, kami terus bekerja agar tidak ada lagi aksi (serangan bom) lanjutan,’’ tegas Himawan.

Dengan demikian, di Sidoarjo ada empat orang yang ditangkap hidup-hidup dan empat terduga teroris yang diamankan dalam kondisi tidak bernyawa.

Di Malang, penggerebekan berlangsung sekitar pukul 13.00 di kompleks Sawojajar II. Polisi bersama anggota TNI menggerebek satu rumah di sana. Dari rumah itu, petugas mengamankan terduga teroris Arifin, 50. Arifin ditangkap polisi berdasar pengembangan penyelidikan dari operasi di Surabaya.

Menurut warga, Arifin adalah sosok yang ramah, tetapi eksklusif dalam urusan ibadah. Terpisah dari warga lain. ’’Dia orang baik. Dia juga sering mengikuti kegiatan warga,’’ ungkap Winanti, salah seorang warga, kepada Jawa Pos Radar Malang. ’’Dia tidak salat berjamaah di masjid kampung, tetapi di tempat lain,’’ lanjutnya.

Wakapolres Malang Kompol Decky Hermansyah menjelaskan, Arifin diamankan bersama beberapa barang bukti. ’’Ada beberapa buku yang diambil,’’ katanya.

Sampai tadi malam, rumah Arifin masih di-police line. Polisi akan melakukan penyelidikan di sana. Ada beberapa barang bukti yang bakal diambil lagi. Polisi tidak menemukan bahan peledak atau bahan kimia dalam penggerebekan tersebut. (via/edi/fim/jpr/c5/ang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *