Tak Pernah Terima Bantuan, Rumah Pembuat Bata Ini Reyot

Untuk berjalan saja, Bah Yayun tidak bisa berdiri seperti orang lain. Ia mengandalkan bangku kecil agar bisa bergeser dari satu tempat ke tempat lainnya. “Terpaksa Abah dengan saya membuat bata untuk makan sehari-hari. Dalam sehari dapat 300 buah bata,” kata Rosita.

Sehingga dalam sehari, keduanya hanya menghasilkan uang Rp30 ribu. Sebab, upah untuk membuat satu buah bata hanya dihargai Rp100. Tak banyak yang diambil keuntungannya oleh buruh pembuat, pembakar, pengangkut dan sang bos.

Bacaan Lainnya

“Harga bata merah yang sudah jadi itu Rp600. Untuk yang membakar Rp30, pengangkut Rp70 dan untuk yang nyetak Rp100,” timpal menantu Bah Yayun, Asep (53).

Hingga saat ini, keluarga Bah Yayun ini tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal kondisi rumahnya lebih jelek dan sudah pada tua. “Ya kalau bisa mah ada yang mengajukan biar dapat. Sekarang kan Pak RT dan Pak RW-nya sudah pada pindah karena pengusiran dari Kampung Camara dan Pilar yang akan dibangun Pelabuhan Samudra,” timpal. (ryl)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *