Ribuan Guru Ngaji di Sukabumi, Kurang Perhatian

Guru Ngaji Sukabumi
Para guru ngaji di Sukabumi, saat mengikuti bimbingan di salah satu masjid yang ada di wilayah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.

SUKABUMI – Di berbagai kampung di Kabupaten Sukabumi, banyak orang yang menjadi guru ngaji di rumah-rumah mereka. Meskipun jumlah mereka tidak terhitung banyaknya. Namun, guru ngaji tersebut, dinilai kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.

Hal demikian disampaikan, Ketua Tim Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan Al-Quran Indonesia (Timnas PMPAI), KH. Mustafa Kamal R kepada Radar Sukabumi.

Bacaan Lainnya

Bahwa menurutnya, jumlah guru ngaji di setiap perkampungan yang tersebar di wilayah Kabupaten Sukabumi, terdapat sekitar 5.000 orang.

Jumlah ini, diakuinya akan semakin banyak jika ditambah dengan daerah Bogor dan Cianjur. Untuk itu, di wilayah Kabupaten Sukabumi telah meluncurkan gerakan yang bertajuk “Memuliakan Guru Ngaji”.

“Ya, ini bertujuan untuk menjadikan guru ngaji sebagai benteng akidah bagi anak-anak, mengajarkan mereka membaca Al-Qur’an, serta membantu anak-anak dalam beribadah,” kata Mustafa kepada Radar Sukabumi pada Selasa (23/01).

Para guru ngaji ini, sambung Mustofa, dalam kiprahnya mereka telah mengajar tanpa pamrih, tanpa bayaran, dan dengan tekun mengajar setiap hari, baik pada malam hari, siang hari, maupun sore hari.

Beberapa di antara mereka bahkan menjadikan rumah mereka sebagai majelis pengajian untuk anak-anak yang ada di setiap perkampungan yang tersebar di wilayah Kabupaten Sukabumi.

Sebab itu, langkah-langkah yang diambil dalam gerakan memuliakan guru ngaji ini. Ia mengaku, bahwa para guru ngaji akan mendapat pembekalan dalam bentuk bimbingan selama tujuh kali pertemuan.

Setelah itu, mereka yang kuat akan didorong untuk mengikuti ujian. Bagi yang lulus ujian, mereka akan mendapatkan pembekalan lebih lanjut serta mengikuti acara wisuda. Telah dilakukan tiga kali acara wisuda sampai saat ini.

“Nah, nanti akan diadakan lagi wisudanya pada 4 Februari 2024 di aula Masjid Cibadak Daarul Matin. Pada acara itu, sekitar 100 guru ngaji berhasil meraih gelar wisudawan,” paparnya.

Hingga saat ini, acara wisuda belum mencakup daerah utara Sukabumi, seperti Warungkiara dan Jampangtengah. Namun, mereka sudah menjalani pelatihan guru ngaji.

Dalam gerakan ini, tidak ada janji kesejahteraan yang diberikan kepada para guru ngaji. Namun, bagi guru ngaji yang tergabung dalam gerakan ini, mereka mendapatkan bantuan berupa beras, yang berasal dari sumbangan masyarakat.

Setiap bulan, sekitar 5 kilogram atau 5 liter beras disiapkan untuk setiap guru ngaji. “Gerakan ini adalah usaha mandiri, yang tidak bergantung pada pemerintah atau kementerian agama,” ujarnya.

Dalam hal buku panduan, gerakan ini meminta bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Misalnya, buku panduan ilmu mengaji.

Seperti Iqro dan Al-Qur’an. Untuk itu, ia berharap melalui gerakan ini, para guru ngaji di Sukabumi dapat diperlakukan dengan lebih baik.

Terlebih ia menilai, para guru ngaji ini adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang tersisa. Bedanya, guru ngaji tidak mendapatkan tunjangan atau gaji seperti pahlawan lainnya. Namun, mereka dengan tulus dan ikhlas mengajar anak-anak di perkampungan.

“Iya, harapan ke depan adalah memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para guru ngaji, meningkatkan pengetahuan, kinerja, dan ekonomi mereka. Dengan adanya semacam forum silaturahmi anak, yang dikenal sebagai tahsin on the road, diharapkan guru ngaji dapat meningkatkan wawasan dan pergaulan mereka,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *