Kebakaran Hutan di Sukabumi, Akibat Praktik Pembukaan Lahan

Kebakaran Lahan Sukabumi
Petugas Damkar saat memadamkan kebakaran lahan di pinggir Perum Gentong Mas, tepatnya di Jalan Tulip, RT 03/RW 09, Desa Limbangan, Kecamatan Sukaraja.

SUKABUMI – Kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Kabupaten Sukabumi, masih minim. Hal ini, terbukti dalam satu hari kemarin Rabu (30/08), terdapat dua kejadian kasus Karhutla.

Hal demikian, disampaikan Komandan Regu (Danru) Posko 6 Pemadam Kebakaran Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Eman Sulaeman. Bahwa, dalam satu hari kemarin terdapat dua kejadian kasus Karhutla. Yakni di Pinggir Perum Gentong Mas, tepatnya di Jalan Tulip, RT 03/RW 09, Desa Limbangan, Kecamatan Sukaraja dan di Gunung Rangga Gading, Kampung Sampai, Desa Buniwangi, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi.

Bacaan Lainnya

“Dua TKP kebakaran itu, terjadi karena faktor sengaja. Iya, asessmen kita dilapangan, mereka sengaja membakar lahan. Salah satunya, karena untuk membuka lahan baru. Jadi, di bakar,” kata Eman kepada Radar Sukabumi pada Kamis (31/08).

Kebakaran lahan berupa rumput ilalang yang terjadi sekira pukul 14.30 WIB di pinggir Perumahan Gentong Mas itu, apinya cukup besar. Bahkan, jika tidak segera dipadamkan apinya berpotensi menjalar ke permumahan tersebut. Terlebih jaraknya, cukup dekat dengan lokasi kebakaran lahan sekitar 1 meter. “Proses pemadaman sekitar 30 menit. Sementara, lahan yang terbakar itu ada sekitar 400 meter,” ujarnya.

Tidak lama setelah itu, sambung Eman, Posko 6 Pemadam Kebakaran Sukaraja, langsung mendapatkan laporan kasus Karhutla di wilayah di Gunung Rangga Gading, Kampung Sampai, Desa Buniwangi, Kecamatan Gegerbitung sekira pukul 15.40 WIB. “Setelah itu, kami bersama sejumlah anggota damkar langsung bergegas menuju Tempat Kejadian Kebakaran (TKK) di Gunung Rangga Gading,” timpalnya.

Saat petugas menuju TKP, ia bersama anggota Damkar kesulitan mengalami kesulitan menuju TKK Gunung Rangga Gading. Karena, tidak ada akses jalan kendaraan roda empat menuju lokasi kebakaran.

“Lokasi lahan terbakar di Gunung Rangga Gading yang berada di ujung pemukiman penduduk itu, tidak memiliki akses kendaraan roda empat melainkan jalan setapak yang hanya bisa dilalui dengan jalan kaki,” bebernya.

Saat melalukan komunikasi dengan warga setempat, kata Eman, kebakaran hutan dan lahan di wilayah Gunung Rangga Gading itu, sengaja mereka bakar dengan alasan untuk mengusir ular. Namun, dalih tersebut dinilai dirinya kurang memungkinkan.

“Iya, alasan mereka itu membakar lahan di wilayah Gunung Rangga Gading ini, untuk mengusir ular. Tapi, itu sebenernya untuk membuka lahan baru untuk ditanami tanaman apa gitu oleh warga,” bebernya.

Bukan hanya itu, warga setempat juga mengaku kebakaran hutan dan lahan di wilayah Gunung Rangga Gading ini, bukan kali pertama terjadi dan sudah biasa setiap musim kemarau, warga setempat membakar rumput ilalang di wilayah gunung tersebut.

“Lahan yang terbakar di gunung itu, ada sekitar 1 hektare. Kalau untuk status kepemilikan lahan, katanya milik HGU,” imbuhnya.

Setelah melakukan komunikasi dengan warga dan pemerintah desa setempat, akhirnya petugas Damkar langsung memutuskan untuk kembali ke posko dan tidak melakukan upaya pemadaman. Ini dilakukan berdasarkan hasil musyawarah bersama warga setempat yang sekaligus dihadiri oleh pemerintah Desa Buniwangi.

“Kita bukan tidak mahu melakukan pemadaman. Tapi, unit dari armada kita tidak bisa sampai ke lokasi gunung. Terlebih pihak pemerintah desa juga mengatakan, bahwa kebakaran itu bukan untuk ditangani karena sudah biasa. Iya, katanya nanti juga padam sendiri,” bebernya.

Untuk itu, ia menilai kesadaran masyarakat terhadap lingkungan masih minim. Padahal, seharusnya masyarakat yang berada di sekitar hutan menjadi aktor utama dalam upaya pencegahan karhutla, karena kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan adalah kunci keberhasilan dalam mencegah karhutla.

“Kita memang harus melakukan sosialisasi gitu ya, terutama kejadian kebakaran itu. Apalagi di musim ekstrem saat ini, kepada seluruh warga diimbau untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kebakaran,” timpalnya.

“Iya, semacam membakar jerami gitu, terus pohon-pohon kering. Karena, sudah jelas kalau musim kemarau api dapat menjalar kemana-mana. Terlebih, kondisi angin bertiup kencang. Maka, dapat dipastikan kebakaran akan terus meluas,” pungkasnya. (Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *